Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JENEWA. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan akan mengumumkan "kolaborasi penting" pada hari Jumat untuk mempercepat pengembangan obat-obatan yang aman, efektif, tes dan vaksin untuk mencegah, mendiagnosis dan mengobati COVID-19.
Melansir Reuters, badan yang bermarkas di Jenewa itu, dalam pernyataan singkatnya yang dikeluarkan Kamis malam, mengatakan inisiatif dengan mitra bertujuan untuk membuat teknologi melawan penyakit yang disebabkan oleh virus corona dapat diakses oleh semua orang yang membutuhkannya, di seluruh dunia. Sayang, belum ada rincian jelas mengenai hal ini.
Aliansi vaksin GAVI, Gates Foundation dan Global Fund termasuk di antara donor besar tradisional untuk badan PBB, selain 194 negara anggotanya.
Baca Juga: Kematian melewati 180.000, WHO: Virus corona akan bersama kita untuk waktu yang lama
Sebelumnya, pada 6 April lalu, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pihaknya berencana untuk mengumumkan inisiatif dalam mempercepat penelitian, pengembangan dan produksi vaksin dan juga merancang mekanisme untuk distribusi yang adil.
"WHO berkomitmen untuk memastikan bahwa ketika obat-obatan dan vaksin dikembangkan, mereka dibagi secara adil dengan semua negara dan orang," kata Tedros saat itu.
Dia menambahkan, "Sementara kita sedang mencari vaksin, kecuali kita memecahkan hambatan untuk distribusi produk yang adil, apakah itu vaksin atau terapeutik, kita akan memiliki masalah, jadi kita perlu mengatasi masalah sebelumnya. Seharusnya tidak ada jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin," papar Tedros.
Baca Juga: AS setop bantuan, China beri tambahan dana US$ 30 juta buat WHO
Tedros juga memuji Presiden Kosta Rika Carlos Alvadaro terkait proposalnya untuk menciptakan kelompok sukarela hak untuk tes, obat-obatan dan vaksin dengan akses gratis atau lisensi pada persyaratan yang masuk akal dan terjangkau untuk semua negara.
"Tedros mendukung akses yang adil," kata seorang diplomat Eropa kepada Reuters, Kamis. "Tantangan besar, tampaknya, bukan pengembangan vaksin tetapi bagaimana cara memastikan peluncuran yang luas untuk semua orang."
Baca Juga: Google: WHO dan Pemerintah AS Jadi Target Serangan Phising
Inisiatif ini diharapkan mencakup persediaan untuk digunakan di negara-negara miskin, seperti yang saat ini dimiliki WHO untuk vaksin influenza, seandainya virus flu berkembang menjadi pandemi.
Menurut tinjauan WHO, selama pandemi flu babi H1N1 pada tahun 2009, ada hambatan dalam proses pengaturan dan hasil vaksin lebih rendah dari yang diharapkan. Ada kritik bahwa distribusi vaksin tidak merata karena negara-negara kaya dapat membeli lebih banyak.
Baca Juga: WHO mendesak presiden Trump untuk mempertimbangkan kembali penangguhan pendanaannya
Sementara itu, Financial Times melaporkan pada hari Kamis, obat virus corona eksperimental Gilead Sciences Inc gagal dalam uji klinis acak pertama. Akan tetapi produsen obat mengatakan hasil dari penelitian di China tidak meyakinkan karenanya penelitian itu dihentikan lebih awal.