Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - ZURICH. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menjanjikan peninjauan cepat data tentang hydroxychloroquine pada pertengahan Juni, setelah masalah keamanan mendorong mereka menghentikan penggunaan obat malaria itu dalam percobaan pada pasien Covid-19.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan yang lainnya telah mendorong hydroxychloroquine sebagai kemungkinan pengobatan virus corona baru, penyebab Covid-19. Tapi, WHO pada Senin (25/5) menyetop sementara uji coba multi-negara bertajuk Solidaritas atas obat tersebut.
Sebuah studi yang terbit dalam jurnal medis Inggris The Lancet menemukan pasien yang mendapatkan hydroxychloroquine mengalami peningkatan angka kematian dan detak jantung yang tidak teratur, mendorong intervensi WHO.
Baca Juga: WHO setop uji coba hydroxychloroquine pada pasien Covid-19, ada apa?
"Keputusan akhir tentang bahaya, manfaat atau kurangnya manfaat hydroxychloroquine akan kami buat setelah Dewan Pemantau Keamanan Data meninjau bukti," kata WHO dalam pernyataan, Selasa (26/5). "Harapannya (keputusan keluar) pada pertengahan Juni".
"Mereka yang sudah dalam studi di 17 negara saat ini dengan ribuan pasien (Covid-19) yang telah memulai penggunaan hydroxychloroquine bisa menghentikan pengobatan mereka," ujar WHO seperti dikutip Reuters.
Pasien Covid-19 yang baru terdaftar akan menerima terapi perawatan lain yang sedang WHO evaluasi dalam uji klinis Solidaritas, termasuk remdesivir buatan Gilead Science dan KalV/Aluvia bikinan AbbVie.
Baca Juga: Brasil tetap pakai hydroxychloroquine, meski WHO setop uji coba
Uji coba terpisah atas hydroxychloroquine, termasuk studi terhadap 440 pasien di AS oleh pembuat obat Swiss Novartis, terus berlanjut, bahkan ketika WHO melambat. Novartis dan saingannya Sanofi telah berjanji untuk menyumbangkan puluhan juta dosis obat, juga digunakan dalam rheumatoid arthritis dan lupus, jika terbukti efektif dan aman untuk Covid-19.
Novartis mengatakan, studi Lancet, yang mencakup 100.000 orang, hanya "pengamatan" dan tidak mampu menunjukkan hubungan sebab akibat antara hydroxychloroquine dan efek samping. "Kami membutuhkan uji klinis acak dan terkontrol untuk memahami dengan jelas kemanjuran dan keamanan," kata juru bicara Novartis seperti dilansir Reuters.