Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - JENEWA. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, pandemi virus corona baru "masih jauh dari selesai" dan mengganggu layanan kesehatan lainnya, terutama imunisasi yang menyelamatkan jiwa anak-anak di negara-negara termiskin.
Badan di bawah naungan PBB tersebut prihatin dengan peningkatan jumlah kasus dan kematian akibat virus corona di Afrika, Eropa Timur, Amerika Latin, dan beberapa negara Asia, bahkan ketika jumlahnya mulai rata atau menurun di beberapa negara kaya.
"Kita memiliki jalan panjang di depan (menghadapi virus corona) dan banyak pekerjaan yang harus kita lakukan," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers virtual di Jenewa, Senin (27/4), seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: Untuk darurat, China bisa punya vaksin virus corona pada September
Menurut Tedros, gelombang kedua infeksi bisa dicegah dengan tindakan yang benar. Virus corona yang muncul akhir tahun lalu di Kota Wuhan, China, telah menginfeksi 2,97 juta prang dan merenggut 205.948 nyawa, menurut penghitungan Reuters.
Tedros menyatakan keprihatinannya atas kesehatan anak-anak yang sedang terancam oleh dampak darurat dari virus corona pada program vaksinasi untuk penyakit lain.
"Anak-anak mungkin berisiko relatif rendah dari penyakit parah dan kematian akibat Covid-19, penyakit pernapasan yang disebabkan oleh coronavirus novel, tetapi bisa berisiko tinggi dari penyakit lain yang dapat dicegah dengan vaksin," ujar Tedros.
Baca Juga: Dari hari ke hari, begini gejala awal terjangkit virus corona
Dia mengungkapkan, sebanyak 13 juta orang telah terkena dampak di seluruh dunia oleh keterlambatan imunisasi rutin terhadap penyakit, termasuk polio, campak, kolera, demam kuning, dan meningitis.
Kekurangan vaksin terhadap penyakit lain, Tedros menyebutkan dengan mengutip data aliansi vaksin global GAVI, dilaporkan di 21 negara sebagai akibat dari kebijakan pembatasan pergerakan untuk mengekang penyebaran virus corona.
"Jumlah kasus malaria di Afrika sub-Sahara bisa berlipat ganda," sebutnya, merujuk pada dampak potensial virus corona pada layanan reguler malaria. "Itu tidak harus terjadi, kami bekerja dengan negara-negara untuk mendukung mereka," kata dia.