kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

WHO pertimbangkan untuk mengumumkan kondisi darurat global virus corona


Kamis, 30 Januari 2020 / 07:31 WIB
WHO pertimbangkan untuk mengumumkan kondisi darurat global virus corona
ILUSTRASI. Petugas menyemprotkan disinfektan untuk menghilangkan virus. cnsphoto via REUTERS


Sumber: South China Morning Post | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Sejumlah negara mulai menerbangkan warganya dari episentrum wabah virus corona China pada hari Rabu (29/1/2020). Langkah ini dilakukan, ketika jumlah kematian melonjak menjadi 133 dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyuarakan "keprihatinan serius" tentang penyebaran virus dari orang-ke-orang di tiga negara lain.

Melansir South China Morning Post, WHO mengatakan Komite Daruratnya akan berkumpul kembali secara tertutup pada hari Kamis untuk memutuskan apakah penyebaran cepat virus baru dari China sekarang merupakan kondisi darurat global.

"Dalam beberapa hari terakhir perkembangan virus terutama di beberapa negara, terutama penularan dari manusia ke manusia, membuat kami khawatir," kata ketua WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers di Jenewa, yang menyebut Jerman, Vietnam dan Jepang.

Baca Juga: Pemerintah segera menjemput WNI dari Wuhan China

"Meskipun jumlah di luar China masih relatif kecil, mereka memiliki potensi wabah yang jauh lebih besar," jelas WHO seperti yang dikutip oleh South China Morning Post.

Menurut angka WHO terbaru, ada 6.065 kasus virus seperti flu di 15 negara di seluruh dunia. Semua kematian sejauh ini telah terjadi di China, di mana Komisi Kesehatan Nasional mengatakan telah terjadi 132 kematian pada akhir Selasa. Kematian lain dilaporkan di provinsi Sichuan pada hari Rabu.

Situasinya tetap "suram dan kompleks", kata Presiden Tiongkok Xi Jinping, yang pada hari Selasa bersumpah untuk mengalahkan virus "iblis". Presiden AS Donald Trump mengatakan dia telah berbicara dengan Xi dan pemerintahannya akan bekerja sama dengan China untuk mengatasi wabah tersebut.

Baca Juga: Update virus corona: Jumlah korban tewas jadi 170, terinfeksi 7.158, terduga 9.000

Beberapa maskapai besar menangguhkan penerbangan ke China, dan seorang ekonom senior memperkirakan dampak besar pada pertumbuhan ekonomi China.

Panel 16 pakar independen WHO pada pekan lalu menolak menyatakan darurat internasional. Akan tetapi, mereka akan mengevaluasi kembali situasi terkini pada hari Kamis.

“Kami berada di titik penting dalam kondisi ini. Kami percaya rantai penularan ini masih dapat terputus,” kata Mike Ryan, Direktur Eksekutif Program Keadaan Darurat Kesehatan WHO.

Baca Juga: Virus corona bikin takut, McDonald menutup ratusan cabang di provinsi Hubei

Ryan juga memuji tanggapan China, dengan mengatakan: "Mereka mengambil tindakan luar biasa dalam menghadapi tantangan yang luar biasa."

Kota mati

Di banyak kota China, jalan-jalan sebagian besar sepi. Tempat-tempat wisata ditutup, sementara kedai-kedai kopi Starbucks mengharuskan orang untuk mengukur suhu mereka dan mengenakan masker.

"Ini pertama kalinya saya di sini di Asia. Saya merasa sangat sial," kata turis Brazil Amanda Lee, 23 tahun. Dia akan mempersingkat masa liburannya.

"Aku bahkan tidak bisa melihat tempat-tempat yang kuinginkan, seperti Tembok Besar," katanya kepada South China Morning Post.

Baca Juga: UEA konfirmasi kasus, virus corona jangkiti kawasan Timur Tengah

South China Morning Post melaporkan, hampir semua kematian sejauh ini telah terjadi di provinsi Hubei, rumah bagi sekitar 60 juta orang dan sekarang di bawah penguncian virtual. Virus itu muncul bulan lalu di pasar hewan liar hidup di ibukota provinsi, Wuhan.
"Saya sangat khawatir bahwa saya terjebak di sana," kata Takeo Aoyama, yang tiba di Tokyo dengan pesawat carter yang membawa 206 orang Jepang keluar dari Wuhan ketika sejumlah negara mulai mengevakuasi warganya.

Amerika Serikat menerbangkan sekitar 210 orang Amerika keluar dari Wuhan. Prancis mengatakan penerbangan pertama warga negara Prancis akan berangkat pada Rabu malam dan Inggris mengatakan akan menempatkan 200 warga di pesawat sewaan pada Kamis. Kanada juga menggelar aksi evakuasi.

Baca Juga: Baru pulang dari Wuhan, Sulianti Saroso isolasi terduga virus corona

Virus ini membebani perekonomian terbesar kedua di dunia, di mana banyak perusahaan global dan wisatawan menghentikan perjalanan perusahaan ke China. Berbagai maskapai global memangkas penerbangan, mulai dari British Airways, Lufthansa hingga maskapai nasional Tanzania.

Seorang ekonom China mengatakan, krisis dapat memangkas pertumbuhan kuartal pertama China sebesar satu poin menjadi 5% atau lebih rendah karena krisis menghantam sektor-sektor dari pertambangan hingga barang-barang mewah.

Pasar saham Hong Kong terpukul pada hari pertama perdagangan setelah liburan Tahun Baru Imlek. Saham perusahaan kasino dan finansial menyumbang penurunan indeks Hang Seng yang anjlok 2,5% ke level terendah dalam tujuh bulan terakhir.

"Dalam pandangan kami, yang terburuk belum datang," kata perusahaan sekuritas Nomura, memperingatkan pukulan parah, jangka pendek untuk ekonomi China.

Akan tetapi, dalam langkah besar yang berpotensi untuk menemukan vaksin, para ilmuwan di Australia mengatakan mereka telah mengembangkan versi virus yang dikembangkan di laboratorium, yang pertama kali diciptakan di luar China.

Baca Juga: Bertambah, Singapura dan Malaysia mengonfirmasi tiga kasus baru virus corona

Para peneliti di Peter Doherty Institute untuk Infeksi dan Kekebalan mengatakan mereka akan berbagi sampel dengan WHO dan laboratorium global dengan harapan mempercepat imunisasi dan deteksi.

Sementara beberapa ahli percaya strain baru, yang dikenal sebagai "2019-nCoV", tidak mematikan seperti SARS. Namun, mereka tetap waspada karena penyebarannya yang cepat dan banyak atribut yang tidak diketahui.

"Ada lebih banyak kasus di China, tetapi sejauh ini dengan tingkat kematian yang lebih rendah daripada wabah SARS," kata Michael Head, seorang peneliti kesehatan di Universitas Southampton di Inggris.

Baca Juga: Peringatan! China memperkirakan puncak penyebaran virus corona awal Februari

Seperti infeksi pernapasan lainnya, virus baru ini bisa disebarkan oleh tetesan air dari batuk dan bersin, dengan waktu inkubasi antara satu dan 14 hari.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×