Sumber: South China Morning Post | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Kota mati
Di banyak kota China, jalan-jalan sebagian besar sepi. Tempat-tempat wisata ditutup, sementara kedai-kedai kopi Starbucks mengharuskan orang untuk mengukur suhu mereka dan mengenakan masker.
"Ini pertama kalinya saya di sini di Asia. Saya merasa sangat sial," kata turis Brazil Amanda Lee, 23 tahun. Dia akan mempersingkat masa liburannya.
"Aku bahkan tidak bisa melihat tempat-tempat yang kuinginkan, seperti Tembok Besar," katanya kepada South China Morning Post.
Baca Juga: UEA konfirmasi kasus, virus corona jangkiti kawasan Timur Tengah
South China Morning Post melaporkan, hampir semua kematian sejauh ini telah terjadi di provinsi Hubei, rumah bagi sekitar 60 juta orang dan sekarang di bawah penguncian virtual. Virus itu muncul bulan lalu di pasar hewan liar hidup di ibukota provinsi, Wuhan.
"Saya sangat khawatir bahwa saya terjebak di sana," kata Takeo Aoyama, yang tiba di Tokyo dengan pesawat carter yang membawa 206 orang Jepang keluar dari Wuhan ketika sejumlah negara mulai mengevakuasi warganya.
Amerika Serikat menerbangkan sekitar 210 orang Amerika keluar dari Wuhan. Prancis mengatakan penerbangan pertama warga negara Prancis akan berangkat pada Rabu malam dan Inggris mengatakan akan menempatkan 200 warga di pesawat sewaan pada Kamis. Kanada juga menggelar aksi evakuasi.
Baca Juga: Baru pulang dari Wuhan, Sulianti Saroso isolasi terduga virus corona
Virus ini membebani perekonomian terbesar kedua di dunia, di mana banyak perusahaan global dan wisatawan menghentikan perjalanan perusahaan ke China. Berbagai maskapai global memangkas penerbangan, mulai dari British Airways, Lufthansa hingga maskapai nasional Tanzania.
Seorang ekonom China mengatakan, krisis dapat memangkas pertumbuhan kuartal pertama China sebesar satu poin menjadi 5% atau lebih rendah karena krisis menghantam sektor-sektor dari pertambangan hingga barang-barang mewah.