Sumber: Telegraph | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Steve Witkoff, utusan perdamaian Trump, tertangkap memberi arahan kepada pihak Rusia tentang cara menarik simpati Trump, berdasarkan transkrip sejumlah panggilan telepon yang bocor Selasa malam.
Melansir The Telegraph, Witkoff, mantan pengusaha real estat New York yang kini menjabat diplomat tingkat tinggi, sebelumnya sudah dikritik karena dianggap tidak punya pengalaman memadai dalam urusan diplomasi internasional.
Beberapa sumber Eropa yang berbicara dengan The Telegraph menyebutnya dengan sebutan sinis seperti “Dumbkoff”, sementara pejabat Ukraina mempertanyakan kedekatannya dengan Rusia.
Meski menuai kritik, Witkoff tetap menjadi penghubung utama antara Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Kini muncul pertanyaan: siapa yang membocorkan isi pembicaraannya dengan Yuri Ushakov, penasihat kebijakan luar negeri Kremlin, serta percakapan lain antara Ushakov dan Kirill Dmitriev, tokoh kunci negosiasi damai dari pihak Putin?
Selain itu, publik juga mempertanyakan bagaimana transkrip itu bisa bocor.
Baca Juga: Rusia Ultimatum AS soal Rencana Damai Ukraina: Deal Bisa Batal
Amerika Serikat
Rencana damai 28 poin memicu perseteruan internal antara Gedung Putih dan Departemen Luar Negeri AS.
Menteri Luar Negeri Marco Rubio membela rencana tersebut dan menyebutnya sebagai kemajuan negosiasi. Namun sumber yang berbicara pada The Telegraph mengklaim departemennya bahkan tidak diberi informasi penuh.
Ketika Witkoff sedang berada di Timur Tengah menyelesaikan kesepakatan untuk menghentikan perang Gaza, Rubio, yang dikenal sebagai pengkritik keras Kremlin, memegang kendali isu Ukraina.
Beberapa laporan menyebut Rubio sempat memberi tahu senator bahwa rencana 28 poin itu pada dasarnya merupakan “daftar keinginan Kremlin.” Namun posisi itu berubah setelah Witkoff kembali aktif dalam negosiasi Ukraina, dan Rubio kemudian menyebut rencana itu berasal dari AS.
Selain itu, Rubio memimpin delegasi AS dalam pembicaraan dengan pemerintah Ukraina di Jenewa dan menghasilkan versi rencana baru, proposal 19 poin yang lebih pro-Kyiv. Hampir semua pihak menyambutnya positif, kecuali Rusia.
Walau tidak ada bukti Rubio terlibat dalam kebocoran, beberapa pejabat dekatnya punya akses pada dokumen serupa dan mendukung pendekatan yang lebih tegas terhadap Rusia.
Baca Juga: Xi Menelepon Trump Secara Mendadak: Tanda China Mulai Khawatir soal Taiwan?
Rusia
Jika versi rencana 28 poin buruk untuk Ukraina, versi terbaru juga dianggap tidak ideal bagi Rusia.
Putin memulai invasi 2022 dengan keyakinan bahwa seluruh wilayah Ukraina bisa direbut cepat. Namun setelah hampir empat tahun, Rusia hanya menguasai sekitar 20% wilayah Ukraina, sepertiganya sudah dikuasai sejak 2014.
Sebagian faksi di Kremlin ingin menghentikan perang untuk konsolidasi militer, lalu melanjutkan serangan di masa depan. Namun rencana damai ini mencakup jaminan keamanan layaknya Pasal 5 NATO, komitmen militer bersama jika terjadi serangan ulang, sesuatu yang jelas tidak diinginkan Rusia.
Di internal Kremlin, muncul ketegangan antara kelompok garis keras dan mereka yang ingin menerima tawaran ekonomi Trump.
Ada pula spekulasi bahwa Menlu Rusia Sergei Lavrov lah yang membocorkan isi panggilan, untuk menjatuhkan Kirill Dmitriev, yang disebut-sebut sebagai calon penggantinya.
Ketika Rubio merekomendasikan Trump membatalkan pertemuan dengan Putin di Budapest, rekomendasi itu muncul setelah ia menyimpulkan Moskow tetap bersikeras pada tuntutan maksimalis dan sumber terakhir yang ia temui sebelum mengambil sikap adalah Lavrov.
Tonton: Kebijakan Moneter Indonesia Vs Malaysia, Siapa Lebih Kuat?
Ukraina dan Eropa
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sekarang dihadapkan pada tawaran yang meminta Ukraina menyerahkan Donbas, termasuk wilayah yang belum diduduki Rusia.
Kesepakatan itu dianggap Washington dan Moskow sebagai harga kompromi untuk menghentikan perang. Namun bagi rakyat Ukraina, itu sama seperti menyerah.
Kebocoran dokumen versi awal, yang berisi permintaan agar Ukraina menyerahkan Donbas, mengurangi separuh kekuatan militer, dan menghentikan upaya masuk NATO, memperburuk posisi diplomatik Kyiv.
Versi baru memang menghapus atau melunakkan tuntutan paling berat, tetapi masih ada ruang kosong untuk poin wilayah yang hanya bisa ditentukan setelah pembicaraan langsung Zelensky-Trump.
Dalam percakapan dengan Ushakov, Witkoff mengatakan: "Ukraina harus menyerahkan Donetsk atau “menukar wilayah di tempat lain.”
Posisi ini tidak bisa diterima Ukraina maupun negara Eropa yang menilai wilayah negara tidak boleh diubah melalui kekuasaan militer.
Walaupun pendekatannya terkesan memihak Moskow, Trump mengklaim tujuannya hanya satu: menghentikan pertumpahan darah.
Namun bocornya percakapan ini menunjukkan betapa pahit harga yang diminta untuk mencapai perdamaian dan betapa sedikit pilihan yang dimiliki Kyiv.
Bagaimana Kebocoran Terjadi?
Dalam kondisi normal, diplomat tingkat tinggi menggunakan jalur komunikasi terenkripsi. Namun Witkoff beberapa kali dikritik karena bepergian ke Moskow dengan ponsel pribadi, yang kemungkinan ia gunakan dalam urusan pekerjaan.
Sebagian besar negara mampu menyadap panggilan pada perangkat konsumen biasa.
Intelijen Ukraina pun sudah biasa mempublikasikan rekaman percakapan tentara Rusia dan bahkan melacak pejabat melalui telepon non-terenkripsi.
Yang membingungkan adalah: bagaimana pejabat senior seperti Ushakov juga memakai jalur rentan seperti itu?
Siapapun yang membocorkan materi ini tampaknya ingin menghentikan upaya diplomasi Trump sebelum rencana itu masuk fase final yang dianggap merugikan banyak pihak.
Baca Juga: Kebakaran Horor di Hong Kong: 36 Tewas, 279 Hilang, Xi Jinping Sampaikan Belasungkawa
Kesimpulan:
Kebocoran rekaman telepon Steve Witkoff membuka ketegangan besar dalam negosiasi damai Ukraina, menyingkap konflik internal di pemerintahan Trump, perpecahan di Kremlin, dan tekanan besar terhadap Kyiv. Identitas pembocor masih misteri, tetapi motifnya jelas: menggagalkan kesepakatan damai yang dianggap terlalu menguntungkan Rusia, terlalu pahit bagi Ukraina, dan terlalu kontroversial bagi sekutu Eropa.













