Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, yang bergabung dalam perundingan pada hari Senin, mengatakan setelah pertemuan tersebut bahwa UE siap untuk mengerahkan semua alat yang tersedia untuk mempertahankan perekonomiannya jika China gagal menawarkan akses yang adil ke pasarnya.
Mengutip Reuters, Macron akan mendesak Xi untuk mengurangi ketidakseimbangan perdagangan dan menggunakan pengaruhnya dengan Rusia dalam perang di Ukraina.
Xi mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada saat kedatangannya bahwa hubungan antara China dan Perancis adalah model bagi komunitas internasional untuk hidup berdampingan secara damai dan kerja sama yang saling menguntungkan antara negara-negara dengan sistem sosial yang berbeda.
Prancis mendukung penyelidikan Uni Eropa terhadap ekspor kendaraan listrik China. Pada bulan Januari, Beijing membuka penyelidikan terhadap sebagian besar impor minuman brendi buatan Prancis, sebuah langkah yang secara luas dipandang sebagai pembalasan terhadap penyelidikan UE.
Baca Juga: Menlu AS Antony Blinken Bertemu Xi Jinping di Beijing, Bahas Soal Perang Rusia
“Kami ingin mendapatkan pertukaran timbal balik dan mempertimbangkan elemen keamanan ekonomi kami,” kata Macron dalam wawancara dengan surat kabar Prancis La Tribune menjelang kunjungan dua hari Xi, perjalanan pertamanya ke wilayah tersebut dalam lima tahun.
Ke-27 anggota UE – khususnya Perancis dan Jerman – memiliki sikap yang berbeda-beda terhadap China.
Kanselir Jerman Olaf Scholz tidak akan bergabung dengan Macron dan Xi di Paris karena komitmen sebelumnya, kata sumber.
“Di Eropa, kami tidak sepakat mengenai hal ini karena beberapa pemain masih melihat China sebagai pasar yang penuh peluang,” kata Macron, tanpa menyebutkan nama negara mana pun.
Perpecahan ini dapat melemahkan kemampuan UE untuk mempengaruhi raksasa Asia tersebut.