Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen pada Kamis memulai kunjungan empat hari ke China. Kunjungan Yellen tersebut berfokus untuk meredakan ketegangan antara dua ekonomi terbesar dunia, meskipun ekspektasi rendah di kedua sisi.
Tak lama setelah tiba di ibu kota China, Yellen mengatakan dia senang berada di Beijing dan berharap untuk memajukan tujuan Presiden AS Joe Biden untuk memperdalam komunikasi antara negara-negara yang terhubung secara ekonomi tetapi semakin bermusuhan.
"Kami mencari persaingan ekonomi yang sehat yang menguntungkan pekerja dan perusahaan Amerika dan berkolaborasi dalam tantangan global," tulis Yellen di Twitter.
Baca Juga: Xi Jinping Perintahkan Militernya untuk Memperdalam Kesiapan Perang
Ia menambahkan bahwa AS akan mengambil tindakan untuk melindungi keamanan nasional mereka dan perjalanan ini memberikan kesempatan untuk berkomunikasi dan menghindari miskomunikasi atau kesalahpahaman.
Yellen menerima sambutan rendah hati dari seorang pejabat Kementerian Keuangan China dan utusan AS untuk China, Nicholas Burns, saat dia turun dari pesawat pemerintah tepat setelah hujan badai membawa kelegaan ke Beijing yang terik.
Kedua belah pihak skeptis bahwa kunjungan Yellen akan dapat meredakan ketegangan hubungan AS-China, namun kedua negara telah menempatkan kepentingan keamanan nasional sebagai landasan dalam memperdalam hubungan ekonomi.
"Terutama jika ada hal-hal yang mungkin tidak kita setujui, yang lebih penting adalah kita berbicara," kata seorang pejabat AS yang bepergian dengan Yellen, berbicara setibanya di Beijing. "Saya tidak berpikir itu sia-sia, saya akan mengatakan itu dengan pasti."
Baca Juga: Yellen Berharap Melakukan Perjalanan ke China untuk Membangun Kerjasama
Yellen akan membahas apa yang oleh pemerintahan Biden dianggap sebagai praktik tidak adil oleh China, termasuk tindakan hukuman baru-baru ini terhadap perusahaan AS dan hambatan akses pasar, tambah pejabat itu.
Pada hari Jumat dia akan bertemu dengan Perdana Menteri China Li Qiang dan mantan tsar ekonomi Liu He, yang merupakan orang kepercayaan dekat Presiden Xi Jinping.
Komentator China melihat kemunafikan dalam kekhawatiran AS atas praktik perdagangan negara tersebut.
"Saya tidak akan menganggapnya sebagai Janet Yellen tidak diterima, tetapi China tidak bisa begitu saja menelan semua pil racun dan terus menunjukkan senyuman," kata Wang Huiyao, presiden sebuah wadah pemikir, Pusat untuk China dan Globalisasi, merujuk sanksi AS terhadap semakin banyak perusahaan China.