kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hari ini, saatnya warga Inggris memilih


Kamis, 08 Juni 2017 / 14:57 WIB
Hari ini, saatnya warga Inggris memilih


Sumber: CNN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

LONDON. Tempat pemungutan suara sudah dibuka di seluruh penjuru Inggris mulai hari ini (8/7) pukul 07.00 pagi waktu setempat. Pelaksanaan pemilu ini hanya berselang 52 hari setelah Perdana Menteri Inggris Theresa May mengusulkan untuk digelarnya percepatan pemilu.

Lebih dari 46 juta warga Inggris terdaftar pada pemilu keempat Inggris dalam tiga tahun terakhir, menyusul referendum kemerdekaan Skotlandia 2014, pemilu 2015, dan voting Brexit di 2016.

Nantinya, tempat pemungutan suara akan ditutup pada pukul 22.00 waktu setempat, dengan hasil pemilihan dapat diketahui dalam kurun waktu satu jam atau lebih sedikit setelah voting selesai.

May mengusulkan untuk mempercepat pelaksanaan pemilu tiga tahun lebih cepat dari jadwal menjelang negosiasi dengan Uni Eropa terkait Brexit.

- Apa yang terjadi pada pemilu kali ini?

Pemilih dari seluruh 650 konstituen Inggris, Wales, Skotlandia, dan Irlandia Utara akan memilih lebih dari 3.300 kandidat anggota parlemen lokal yang bersaing di seluruh Inggris.

Pada sistem Inggris, Perdana Menteri merupakan pemimpin partai yang mampu membentuk pemerintahan. Artinya, mereka membutuhkan dukungan mayoritas dari Dewan Perwakilan Rakyat (House of Commons) yang jumlah kursinya mencapai 326.

Hanya dua orang yang memiliki kemungkinan realistis menjadi Perdana Menteri selanjutnya, yakni: May, petahana saat ini, atau Pimpinan Partai Buruh Jeremy Corbyn.

Sebelum pemilu, May berhasil mengamankan 12 kursi mayoritas, dan menang pada 2015 di bawah pimpinan Partai Konservatif David Cameron yang mengundurkan diri setelah kalah dalam voting Brexit.

Jika dia bisa mempertahankan atau menaikkan kursi mayoritas tadi, May akan tetap menjadi Perdana Menteri (meskipun kehilangan kursi dapat membuat posisinya sebagai pimpinan Partai Konservatif menjadi tidak stabil).

Kegagalan oleh partai mana pun dalam memenangkan kursi mayoritas akan menghasilkan parlemen yang menggantung (hung parlement).

- Apakah bakal ada koalisi lain?

Inggris lebih mendahulukan sistem pos - dimana kandidat di masing-masing konstituen dengan suara terbanyak, dan bukan mayoritas mutlak, memenangkan kursi- yang berarti hung parlement sangat jarang terjadi. Sejak 1970, tercatat baru dua kali terjadi hung parlement di Inggris.

Di masa lalu, dua partai terbesar -Partai Buruh dan Konservatif- mendominasi politik Inggris.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, perpecahan loyalitas pada partai tradisional menyebabkan segalanya semakin tidak dapat diprediksi.

Pada tahun 2010, perolehan Partai Konservatif menurun 20 kursi dari mayoritas dan terpaksa menjadi koalisi pemerintahan Demokrat Liberal.

Keputusan itu dibuat setelah perundingan antara Buruh dan Liberal Demokrat gagal, yang menunjukkan betapa sulit bagi kedua pihak untuk mencapai kesepakatan yang diperlukan untuk memerintah.

Dari tujuh partai besar yang ikut dalam pemilu, dua partai -Konservatif dan UKIP- merupakan politik sayap kanan, Demokrat Liberal merupakan politik tengah, dan empat partai -Buruh, Partai Hijau, Plaid Cymru, dan Partai Nasional Skotlandia (SNP)- merupakan politik sayap kiri.

Dalam kelompok sayap kiri yang lebih luas, ada dua partai nasionalis, masing-masing mewakili Wales dan Skotlandia. Itu membuat negosiasi menjadi lebih rumit. SNP misalnya, sedang berupaya mengajukan referendum kemerdekaan Skotlandia kedua, yang dipastikan akan ditentang oleh seluruh partai di Inggris.

Jadi, jika tidak ada pemenang yang jelas pada hari Jumat pagi pada pemilu Inggris, maka dunia politik negara tersebut akan terusĀ  berada dalam perundingan yang panjang.

- Bagaimana dengan Brexit?

Meski serangan teror di Manchester dan London kerap mendominasi diskusi dalam beberapa hari terakhir, keputusan Inggris untuk hengkang dari Uni Eropa semakin ramai dibahas menjelang pemilu.

Baik Konservatif dan Buruh berkomitmen mengambil aksi tegas terkait Brexit. Namun, kedua partai memiliki visi berbeda mengenai bagaimana perceraian dari Uni Eropa harus terjadi.

Kelompok yang kerap disebut 'hard' Brexit akan melihat Inggris hengkang dari Uni Eropa yang menjamin pergerakan bebas bahan pangan, jasa, dan orang dalam blok.

Sedangkan 'soft' Brexit masih memiliki arti Inggris meninggalkan Eropa. Namun pemerintah akan mempertahankan akses ke pasar tunggal dan memperbolehkan sejumlah hal untuk bergerak bebas.




TERBARU

[X]
×