Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Ketika pakar keuangan Robert Kiyosaki menerbitkan “Rich Dad, Poor Dad”, ia mengejutkan dunia dengan menyatakan bahwa berinvestasi itu sendiri tidak berisiko.
Bagaimana mungkin praktik yang telah menghancurkan kekayaan banyak investor tidak berisiko?
Tentu saja, berinvestasi secara teknis melibatkan risiko, itulah sebabnya hampir setiap materi penasihat investasi menyertakan beberapa pengungkapan seperti berinvestasi dalam sekuritas melibatkan risiko kerugian.
Namun, maksud Kiyosaki adalah bahwa kesalahan investasi yang dibuat yang sebenarnya berdampak negatif.
Mengutip GoBankingRates, berikut dua hal yang menimbulkan risiko saat berinvestasi menurut Kiyosaki:
1. Tidak Memahami Investasi
Membeli investasi real estat pertama adalah pengalaman yang membuka mata bagi kebanyakan orang. Seseorang dapat menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk melakukan penelitian. Akan tetapi, upaya untuk menghindari kelalaian sepenuhnya merupakan tantangan.
Seseorang mungkin telah menganggarkan perbaikan di masa mendatang, meneliti lingkungan sekitar secara menyeluruh, dan mempelajari proyeksi pasar perumahan setempat.
Baca Juga: Robert Kiyosaki Sarankan Beli Aset Ini Sekarang atau Jadi Pecundang di Usia Tua
Namun, jika melewatkan detail penting, seperti proyek konstruksi besar yang berlangsung di dekatnya, keuntungan yang didapat bisa turun drastis.
Inilah sebabnya mengapa meneliti dan memahami investasi secara mendalam sebelum membelinya sangatlah penting. Hal ini tidak hanya akan membantu meningkatkan rasa percaya diri, tetapi juga akan membantu menghindari kesalahan lebih lanjut di kemudian hari.
Contoh lainnya adalah investasi saham. Jika seseorang berinvestasi untuk jangka panjang menggunakan produk pensiun, maka investasi yang biasanya dianggap berisiko pun sebenarnya bisa jadi tidak berisiko.
Misalnya, saham telah memberikan imbal hasil positif dalam setiap periode 20 tahun sejak 1928, termasuk Depresi Besar, menurut data yang dibagikan oleh NYU Stern.
Namun, menurut data NYU Stern yang sama, itu tidak berarti investasi saham itu mudah. Bahkan investor yang terdiversifikasi dengan baik harus bersiap menghadapi penurunan saham mereka sekitar 27% dari semua tahun.
Baca Juga: 10 Kebiasaan yang Membuat Orang Kaya Semakin Kaya
Jika tidak, ketika nilai saham turun, investor tersebut dapat membuat kesalahan perilaku yang merusak peluang keberhasilan mereka. Seperti yang pernah dikatakan oleh guru investasi Benjamin Graham, "masalah utama investor — bahkan musuh terburuknya — kemungkinan besar adalah dirinya sendiri."
Inilah sebabnya mengapa mengetahui cara membeli saham saja tidak cukup — seseorang juga harus memahami apa yang membuat pasar saham naik dan turun.
2. Mendengarkan Orang yang Salah
Percaya atau tidak, pada akhir tahun 1990-an, pergi ke pesta makan malam dengan orang yang salah bisa menjadi risiko investasi yang besar.
Beberapa investor yang mengalami kerugian besar dalam gelembung teknologi adalah mereka yang memutuskan untuk berinvestasi besar-besaran pada saham internet setelah mendengar teman-teman mereka berbicara tentang keuntungan luar biasa yang telah mereka dapatkan.
Rasa takut, termasuk rasa takut ketinggalan tren, bisa jadi sulit untuk dilawan. Inilah sebabnya mengapa sangat penting untuk mengabaikan sebagian besar obrolan yang didengar dari orang lain.
Baca Juga: Ini Aturan 10 Menit yang Bikin Steve Jobs Cerdas dan Sukses
Jika seseorang telah melakukan penelitian yang baik, percayalah padanya. Bukan percaya pada seseorang yang mungkin tidak berpengetahuan.