kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

2.000 Senjata nuklir dalam keadaan siaga di seluruh dunia, AS dan Rusia mendominasi


Selasa, 15 Juni 2021 / 11:06 WIB
2.000 Senjata nuklir dalam keadaan siaga di seluruh dunia, AS dan Rusia mendominasi
ILUSTRASI. Sebuah rudal yang diluncurkan oleh Iran di lokasi yang tidak diketahui di Iran dalam gambar ini diterima oleh Reuters pada tanggal 20 Agustus 2020.


Sumber: Sputnik News | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - STOCKHOLM. Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI) pada hari Senin (14/6) merilis laporan baru mengenai jumlah senjata nuklir yang dalam status bersiaga di seluruh dunia. Dalam catatannya, SIPRI menemukan ada 2.000 senjata nuklir di seluruh dunia yang siap diluncurkan.

SIPRI mengakui bahwa jumlah persenjataan nuklir telah menurun sejak Perang Dingin berakhir. Tetapi, tren penurunan mulai berubah dalam beberapa tahun terakhir.

"Ada tren baru yang signifikan, semua orang harus melihatnya sebagai peringatan. Kita harus berhati-hati untuk kembali ke semacam perlombaan senjata antara kekuatan nuklir," ungkap peneliti SIPRI Hans Kristensen dalam wawancaranya dengan kanal televisi Swedia, SVT.

Baca Juga: Pengawas nuklir PBB: Ada indikasi pekerjaan plutonium di Korea Utara

Dilansir Sputnik News, antara tahun 2020 dan 2021, jumlah hulu ledak dalam dalam persediaan nuklir militer meningkat sekitar 300. Semuanya merupakan senjata nuklir yang dikerahkan di unit operasional dan di depot militer.

SIPRI melaporkan saat ini ada sekitar 2.000 senjata nuklir di seluruh dunia dengan status siaga tinggi, sebagian besar adalah persenjataan milik Amerika Serikat (AS) dan Rusia.

AS dan Rusia sepanjang tahun lalu dilihat cukup konsisten membongkar hulu ledak yang sudah pensiun, membuat jumlahnya mulai berkurang. Di sisi lain, kedua negara diperkirakan memiliki sekitar 50 lebih banyak hulu ledak nuklir dalam penyebaran operasional pada awal tahun 2021.

SIPRI menyebut peningkatan itu terjadi terutama melalui penyebaran rudal balistik antarbenua (ICBM) berbasis darat dan rudal balistik berbasis kapal selam (SLBM).

Baca Juga: Rusia vs AS: Ini peta kekuatan senjata strategis, mulai rudal hingga pembom



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×