kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

6 Fakta tentang Lebanon, yang ibukotanya dijuluki Paris di Timur Tengah


Rabu, 05 Agustus 2020 / 09:32 WIB
6 Fakta tentang Lebanon, yang ibukotanya dijuluki Paris di Timur Tengah
ILUSTRASI. An anti-government demonstrator holds a Lebanese flag as she stands on top of her car, during a countrywide lockdown to combat the spread of the coronavirus disease (COVID-19), in Beirut, Lebanon April 21, 2020. REUTERS/Aziz Taher


Penulis: Virdita Ratriani

Era mandat Perancis   

Konferensi  San Remo di Italia tahun 1920 memutuskan memberi mandat kepada Perancis untuk memegang pemerintahan di Lebanon dan Suriah. Selama memerintah di Lebanon, Perancis mempunyai niat baik terhadap negara ini dan menyerahkan kepemimpinan negara kepada masyarakat sehingga mayoritas rakyat Lebanon menerima Lebanon sebagai mandataris Perancis. 

Bahkan mereka menuntut agar Lebanon dipisahkan dari Suriah sehingga dapat berdiri sendiri. Kendati demikian, kebebasan penuh baru dapat dinikmati rakyat Lebanon setelah pasukan Perancis yang paling terakhir meninggalkan negeri ini pada tahun 1946 (walaupun secara resmi Lebanon merdeka tanggal 22 Nopember 1943).

Baca Juga: Dua pesawat hampir tabrakan di Iran, ini penyebabnya

Perang Saudara  (1975-1990)

Insiden ini terjadi ketika seorang warga Lebanon dan kelompok orang Palestina di Ain ar-Rummanah, Beirut pada bulan April 1975 adalah titik awal yang kemudian menjadi pemicu perang saudara ke seluruh wilayah Lebanon.

Perang  tersebut  melibatkan  kelompok-kelompok yang bersaingan, dan didukung oleh sejumlah negara tetangga.

Orang-orang Kristen Maronit, yang dipimpin oleh partai Phalangis dan milisi, mula-mula  bersekutu dengan Suriah, dan kemudian dengan Israel, yang mendukung mereka dengan senjata dan latihan untuk memerangi fraksi PLO (Organisasi Pembebasan Palestina).

Sementara itu fraksi-fraksi lainnya bersekutu  dengan Suriah, Iran dan negara-negara lain di wilayah itu. Sejak 1978 Israel telah melatih, mempersenjatai, memasok dan menyediakan seragam bagi tentara Kristen Lebanon Selatan, yang dipimpin oleh Saad Haddad.

Pertempuran dan pembantaian antara kelompok-kelompok ini mengakibatkan korban hingga ribuan orang. 

Baca Juga: Berikut deretan produk Pindad yang mendunia, mulai senjata hingga kendaraan taktis

Beberapa pembantaian yang terjadi selama periode ini termasuk pembunuhan di Karantina Januari 1976 oleh pihak Palangis terhadap para pengungsi Palestinia, pembantaian Damour pada Januari 1976 oleh PLO terhadap orang-orang Maronit dan pembantaian oleh Tel el-Zaatar  Agustus 1976  oleh Palangis terhadap orang-orang pengungsi-pengungsi Palestina.

Dua penyerbuan besar atas Lebanon oleh Israel  (1978 dan 1982) mengakibatkan tewasnya 20.000 orang,  kebanyakan kaum sipil Lebanon dan Palestina. 

Jumlah korban keseluruhan selama masa perang saudara ini di perkirakan sampai 150.000 orang. Perang itu juga menambah jumlah imigran Lebanon yang eksodus ke luar negeri dimana hingga saat ini diperkirakan mencapai 14 juta jiwa.

Pada 1989 semua wakil kekuatan politik, partai dan sekte keagamaan sepakat mengadakan rekonsiliasi nasiaonal yang di kenal dengan “Taif Agreement” di bawah sponsor Saudi Arabia dan Suriah.

Dengan Taif Agreement perang saudara berakhir.  Kehidupan berpolitik dan bernegara diatur dengan formulasi baru berdasarkan konstitusi yang mengalami perubahan yang disepakati dalam rekonsiliasi nasional.

Baca Juga: Ini daftar terbaru Upper Middle Income Country, Indonesia bareng siapa?



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×