Penulis: Virdita Ratriani
KONTAN.CO.ID - Sebuah ledakan dahsyat di gudang-gudang pelabuhan dekat Beirut tengah menewaskan lebih dari 50 orang dan melukai 2.750 orang lainnya.
Ledakan ini mengirimkan gelombang kejut yang menghancurkan jendela, menghancurkan batu, dan mengguncang tanah di ibukota Lebanon.
Melansir Reuters, ledakan tersebut adalah ledakan paling dahsyat dalam beberapa tahun yang melanda Beirut, yang baru saja pulih dari krisis ekonomi dan lonjakan infeksi virus corona.
Menteri Dalam Negeri Lebanon mengatakan informasi awal mengindikasikan, bahan yang sangat eksplosif, yang disita bertahun-tahun lalu, yang telah disimpan di pelabuhan telah meledak. Israel, yang telah berperang beberapa kali dengan Lebanon, membantah peran apa pun dalam kejadian ini dan menawarkan bantuan.
"Apa yang kami saksikan adalah bencana besar," kata kepala Palang Merah Lebanon George Kettani kepada penyiar Mayadeen. "Ada korban di mana-mana," lanjut dia.
Di sisi lain, sebenarnya banyak hal menarik tentang negara Lebanon. Berikut 7 fakta tentang Lebanon:
Baca Juga: Dugaan Trump, ledakan Beirut tampaknya berasal dari 'serangan bom'
1. Terletak di sepanjang laut Mediterania
Mengutip laman resmi Kementerian Luar Negeri, Republik Lebanon adalah adalah negeri dengan topografi daerahnya berbukit-bukit dengan pantai memanjang dan di mana letaknya di tepi timur laut Mediteranea/ Laut Tengah sejauh 210 km.
Negara ini berbatasan dengan Suriah di Utara dan Israel di sebelah Selatan. Luas wilayah seluruhnya sekitar 10.452 km persegi.
Nama resminya disebut Lebanese Republic (Inggris), Al Jumhuriyah Al Lubnaniyah (Arab), République Libanaise (Perancis) . Ibukota negara Lebanon adalah Beirut.
2. Kota Beirut, Paris di Timur Tengah
Beirut adalah ibukota Lebanon yang berpenduduk 1,2 juta jiwa. Sebelum Perang Saudara Lebanon pecah, kota ini dijuluki "Paris di Timur Tengah" karena kosmopolitannya.
Kota Beirut juga sering dibandingkan burung legenda 'phoenix' karena dihancurkan dan dibangun kembali sebanyak 7 kali.
3. Mayoritas penduduk tinggal di luar Lebanon
Total penduduk Lebanon kurang lebih 4 juta jiwa. Meskipun demikian, masih terdapat penduduk keturunan Lebanon yang berdomisili diluar (diaspora) dalam jumlah yang cukup besar, misalnya di Brazil saja sekitar 12 juta, di Afrika dan beberapa negara lain.
Baca Juga: Horor ledakan di Beirut Lebanon, korban tewas terus bertambah
4. Negara 4 musim
Lebanon yang masuk kategori negara Arab ini memiliki iklim empat musim yakni musim panas, musim gugur, musim semi, dan musim dingin. Di beberapa wilayah pegunungan terdapat salju dan di musim dingin dengan suhu bisa mencapai dibawah 0 derajat Celcius.
5. Memiliki 6 provinsi
Negara Lebanon terbagi atas 6 provinsi antara lain Beirut, Mount Lebanon, North Lebanon, South Lebanon, Nabatieh, dan Bekaa. Dari segi agama, warga Lebanon menganut beberapa agama seperti Islam (Sunni, Syiah, dan Druze), agama Kristen (Maronit, Katolik Roma, Katolik Ortodox, dan Protestan).
6. Kondisi politik, ekonomi, dan sosial budaya
Situasi politik, ekonomi dan sosial-budaya Lebanon sangat dipengaruhi oleh perkembangan situasi regional Timur Tengah pada umumnya.
Sistem politik Lebanon yang masih menganut sistem sektarian yang disebut konfensionalisme mudah sekali dipengaruhi oleh situasi regional.
Sistem konfensionalisme yang membagi kekuatan politik berdasarkan kelompok agama dan sekte sangat rentan menimbulkan perpecahan sosial-politik mengingat setiap kelompok politik berafiliasi pada kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi situasi regional, seperti kelompok pro-Suriah, pro-Iran, maupun pro-Barat (AS dan Uni Eropa).
Baca Juga: Ledakan dahsyat guncang Beirut, 50 tewas 2.750 terluka
7. Masyarakat
Pola kehidupan atau karakteristik masyarakat Lebanon dikenal cukup modern, dinamis, snobis dan konsumtif. Hal ini dapat dilihat dari pola berpakaian, jenis kendaraan yang umum terlihat di jalan raya, maraknya pusat-pusat perbelanjaan mewah.
Kehidupan malam, seperti halnya night club, café-café, serta restoran dan hotel-hotel di sepanjang pantai yang lengkap dengan fasilitas kapal mewah/yacht sampai tempat perjudian “Casino du Liban” menunjukkan kesan karakteristik masyarakat “urban-state dengan penghasilan perkapita sekitar $5,770 yang dominan cenderung konsumtif.
Sejarah singkat Lebanon
Era Pra- Sejarah
Sekitar tahun 3000 sebelum Masehi, bangsa pertama kali yang bermukim di Lebanon adalah bangsa Semit Kana’an (the Kanaanites, a Smitic People) atau menurut Yunani disebut “Phoenician”.
Karena berdiam diri di daerah pantai, bangsa Phoenician terkenal dengan aktivitas pelayaran dan perdagangan. Pusat kekuasaannya berada di Byblos, sekitar 30 km utara Beirut.
Sementara di Sidon atau sekitar 25 km selatan Beirut, mereka mendirikan sebuah benteng kuat dan indah yang dibangun di atas pantai. Demikian pula dengan di Baalbek, dibangun candi dewa Yupiter yang kemegahannya tak kalah indah dengan candi-candi di kota Luxor dan Aswan, Mesir.
Baca Juga: Kuwait melarang penerbangan ke negara-negara yang berisiko tinggi Covid-19
Era Roman-Bizantium
Pada 332 SM bangsa Romawi menaklukkan Phoenicia dan memerintah Lebanon sebagai bagian dari Propinsi Suriah. Pada kekuasaan Romawi itu, kota Beirut (Beyrouth) mulai berkembang.
Bahasa Aramaic yang dominan di timurpun menggeser bahasa Phoenicia dan manandai integrasi budaya di kawasan tersrebut dengan negara-negara tetangganya. Pada era kekaisaran Romawi inilah agama Kristen mulai berkembang di Lebanon.
Era Pemerintahan Islam
Islam masuk ke Suriah dan Lebanon pada tahun 632 Masehi. Di bawah kekuasaan dinasti Umayyah dan Abbasiyah, Lebanon menunjukkan geliatnya sebagai masyarakat moderen. Pada era ini, Bahasa Arab menjadi bahasa resmi Lebanon dan kehidupannya menjadi bagian dari peradaban Islam yang gemilang.
Hal ini berlangsung hingga 1099 ketika para penganut Kristen dari Eropa (Crusader) menaklukkan Lebanon dan negara-negara sekitar di kawasan tersebut.
Selain memperluas ajaran Kristen, mereka juga berusaha membendung proses Arabisasi dan Islamisasi yang mengalir secara damai dalam masa pemerintahan Islam.
Sehingga para Crusader dari Eropa tersebut berusaha sekuat mungkin menancapkan pengaruh Kristen dengan cara menghidupkan budaya Barat di tengah-tengah kehidupan Islam. Tetapi pada 1187 Kesultanan Mamluk berhasil menggulingkan dinasti Crusader serta menguasai Lebanon dan Suriah hingga tahun 1500.
Baca Juga: Tentara Israel dan Hezbollah kontak senjata di perbatasan
Pemerintah Ottoman
Pada 1516, Imperium Ottoman mengambil alih penguasaan Lebanon dari Mamluk dan memerintah Lebanon melalui keluarga Maan (1516-1697) dan Shihab (1697-1842) keduanya dari golongan Druze. Saat itu persaingan antara kelompok Kristen Maronit dan muslim Druze memanas yang berakhir dengan perang saudara pada tahun 1841, 1845, dan 1860.
Pada masa itu juga masa berakhirnya pemerintahan ala dinasti para Emir (Pangeran) dan munculnya Pemerintahan Mutasyarrifiyah (Gubernur) Pemerintahan Ottoman di bawah pengawasan (mandat) lima negara.
Era mandat Perancis
Konferensi San Remo di Italia tahun 1920 memutuskan memberi mandat kepada Perancis untuk memegang pemerintahan di Lebanon dan Suriah. Selama memerintah di Lebanon, Perancis mempunyai niat baik terhadap negara ini dan menyerahkan kepemimpinan negara kepada masyarakat sehingga mayoritas rakyat Lebanon menerima Lebanon sebagai mandataris Perancis.
Bahkan mereka menuntut agar Lebanon dipisahkan dari Suriah sehingga dapat berdiri sendiri. Kendati demikian, kebebasan penuh baru dapat dinikmati rakyat Lebanon setelah pasukan Perancis yang paling terakhir meninggalkan negeri ini pada tahun 1946 (walaupun secara resmi Lebanon merdeka tanggal 22 Nopember 1943).
Baca Juga: Dua pesawat hampir tabrakan di Iran, ini penyebabnya
Perang Saudara (1975-1990)
Insiden ini terjadi ketika seorang warga Lebanon dan kelompok orang Palestina di Ain ar-Rummanah, Beirut pada bulan April 1975 adalah titik awal yang kemudian menjadi pemicu perang saudara ke seluruh wilayah Lebanon.
Perang tersebut melibatkan kelompok-kelompok yang bersaingan, dan didukung oleh sejumlah negara tetangga.
Orang-orang Kristen Maronit, yang dipimpin oleh partai Phalangis dan milisi, mula-mula bersekutu dengan Suriah, dan kemudian dengan Israel, yang mendukung mereka dengan senjata dan latihan untuk memerangi fraksi PLO (Organisasi Pembebasan Palestina).
Sementara itu fraksi-fraksi lainnya bersekutu dengan Suriah, Iran dan negara-negara lain di wilayah itu. Sejak 1978 Israel telah melatih, mempersenjatai, memasok dan menyediakan seragam bagi tentara Kristen Lebanon Selatan, yang dipimpin oleh Saad Haddad.
Pertempuran dan pembantaian antara kelompok-kelompok ini mengakibatkan korban hingga ribuan orang.
Baca Juga: Berikut deretan produk Pindad yang mendunia, mulai senjata hingga kendaraan taktis
Beberapa pembantaian yang terjadi selama periode ini termasuk pembunuhan di Karantina Januari 1976 oleh pihak Palangis terhadap para pengungsi Palestinia, pembantaian Damour pada Januari 1976 oleh PLO terhadap orang-orang Maronit dan pembantaian oleh Tel el-Zaatar Agustus 1976 oleh Palangis terhadap orang-orang pengungsi-pengungsi Palestina.
Dua penyerbuan besar atas Lebanon oleh Israel (1978 dan 1982) mengakibatkan tewasnya 20.000 orang, kebanyakan kaum sipil Lebanon dan Palestina.
Jumlah korban keseluruhan selama masa perang saudara ini di perkirakan sampai 150.000 orang. Perang itu juga menambah jumlah imigran Lebanon yang eksodus ke luar negeri dimana hingga saat ini diperkirakan mencapai 14 juta jiwa.
Pada 1989 semua wakil kekuatan politik, partai dan sekte keagamaan sepakat mengadakan rekonsiliasi nasiaonal yang di kenal dengan “Taif Agreement” di bawah sponsor Saudi Arabia dan Suriah.
Dengan Taif Agreement perang saudara berakhir. Kehidupan berpolitik dan bernegara diatur dengan formulasi baru berdasarkan konstitusi yang mengalami perubahan yang disepakati dalam rekonsiliasi nasional.
Baca Juga: Ini daftar terbaru Upper Middle Income Country, Indonesia bareng siapa?