kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

69% Perusahaan Jepang Merasakan Langsung Dampak Perang Ukraina


Kamis, 17 Maret 2022 / 14:02 WIB
69% Perusahaan Jepang Merasakan Langsung Dampak Perang Ukraina
ILUSTRASI. Bendera Jepang yang berkibar di salah satu distrik bisnis yang ada di Tokyo.


Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Jajak pendapat terbaru dari Reuters menunjukkan hampir 70% perusahaan Jepang merasakan dampak langsung dari perang Ukraina. Mayoritas menyebut lonjakan harga minyak sebagai halangan utama.

Kondisi ini diprediksi akan terjadi cukup lama, bahkan memakan lebih banyak perusahaan. Survei memperkirakan bahwa perusahaan Jepang yang miskin sumber daya akan merasakan dampak paling serius.

Pelemahan nilai Yen diprediksi akan semakin menambah biaya komoditas dan menumpuk lebih banyak tekanan pada rumah tangga. 

Menurut Survei Reuters Corporate, sebanyak 69% perusahaan yang disurvei mengatakan mereka memperkirakan krisis akan memukul pendapatan mereka. Sementara itu, 9% di antaranya bahkan memperkirakan adanya dampak yang lebih besar di kemudian hari.

Baca Juga: Bank Dunia: Kenaikan Harga Minyak Mengancam Pertumbuhan China hingga Indonesia 

Survei ini mencakup 500 perusahaan non-keuangan pada periode 2 Maret hingga 11 Maret. Sekitar 240 perusahaan menanggapi dengan syarat anonim.

Dari perusahaan yang khawatir tentang dampak dari krisis Ukraina, 63% memilih lonjakan harga minyak sebagai kekhawatiran utama. Sementara 15% lainnya menyebutkan gangguan rantai pasokan sebagai masalah utama.

Mengenai pertanyaan seputar bidang mana yang sebaiknya menjadi fokus pemerintah, 63% perusahaan memilih upaya untuk melawan energi dan kenaikan harga yang lebih luas, 50% memilih strategi pertumbuhan ekonomi, dan 43% memilih langkah-langkah menangani Covid-19.

Para pemilik usaha menyadari betul dampak krisis akibat perang Ukraina. Mereka melihat adanya potensi kenaikan harga di masa depan yang membuat konsumen memilih produk yang lebih murah.

Baca Juga: Perang Rusia - Ukraina Bisa Picu Biaya Pangan Global Melonjak 22%

Bukan hanya itu, pekerja pembuat mesin juga mengeluhkan tingginya biaya bahan baku serta fluktuasi mata uang yang terus terjadi.

Ancaman berkurangnya pasokan minyak dari Rusia membuat harga minyak naik di atas US$ 100 per barel, level yang belum pernah dicapai hampir dalam satu dekade. Kenaikan harga minyak ini juga diikuti naiknya harga komoditas lain dari logam hingga biji-bijian.

Di saat yang sama, nilai Yen juga jatuh ke level terendahnya terhadap Dolar dalam lima tahun.

Dikutip dari Kyodo, pemerintahan Perdana Menteri Fumio Kishisa pada hari Rabu (16/3) sedang mempertimbangkan untuk menyusun paket stimulus ekonomi baru untuk membantu meringankan beban biaya energi yang tinggi.

Melalui program terpisah, pemerintah Jepang juga sedang mempertimbangkan pemberian subsidi bensin untuk distributor minyak ke batas atas demi meringankan biaya produksi.




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×