Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - JENEWA. Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengimbau negara-negara pada Senin (15 Maret) untuk tidak menghentikan kampanye vaksinasi.
Permintaan WHO ini setelah lebih banyak negara Eropa dan satu di Asia bergabung dengan segelintir yang telah menangguhkan penggunaan vaksin virus corona buatan AstraZeneca karena kekhawatiran akan keamanan.
Thailand mengumumkan rencana pada Senin untuk melanjutkan vaksinasi dengan vaksin AstraZeneca. Tetapi, Indonesia mengatakan, akan menunggu, setelah Irlandia dan Belanda mengumumkan penangguhan pada Minggu (14 Maret).
Jerman menjadi negara Eropa terbaru yang menghentikan vaksinasi AstraZeneca, mengikuti rekomendasi dari Paul Ehrlich Institute, otoritas yang bertanggungjawab atas vaksin di negeri panser.
Denmark dan Norwegia telah melaporkan kasus perdarahan yang terisolasi, pembekuan darah, dan jumlah trombosit yang rendah setelah mendapat vaksin AstraZeneca.
Islandia dan Bulgaria sebelumnya menangguhkan penggunaannya, sementara Austria dan Italia juga berhenti menggunakan batch tertentu dari vaksin AstraZeneca.
Baca Juga: Denmark: Wanita yang meninggal setelah terima vaksin punya gejala sangat tidak biasa
Sedang Prancis dan Inggris menyatakan, mereka tidak khawatir dengan vaksin AstraZeneca.
WHO menyebutkan, panel penasehatnya sedang meninjau laporan terkait dengan vaksin AstraZeneca dan akan merilis temuannya sesegera mungkin.
Tetapi, badan di bawah naungan PBB itu menegaskan, tidak mungkin mengubah rekomendasinya, yang dikeluarkan bulan lalu, untuk penggunaan luas aksin AstraZeneca, termasuk di negara-negara di mana varian virus Afrika Selatan bisa mengurangi kemanjurannya.
"Sampai hari ini, tidak ada bukti bahwa insiden tersebut disebabkan oleh vaksin, dan penting agar kampanye vaksinasi terus berlanjut sehingga kita bisa menyelamatkan nyawa dan membendung penyakit parah dari virus tersebut," kata juru bicara WHO Christian Lindmeier, seperti dikutip Reuters.
Tidak ada indikasi
Vaksin AstraZeneca termasuk yang pertama dan termurah untuk dikembangkan dan diluncurkan dalam jumlah besar, sejak virus corona pertama kali diidentifikasi di China Tengah pada akhir 2019.
Dan, vaksin AstraZeneca akan menjadi andalan program vaksinasi di banyak negara berkembang. Virus corona sendiri telah menewaskan lebih dari 2,7 juta orang.
Baca Juga: Terbit minggu ini, laporan yang paling ditunggu-tunggu dari misi WHO ke Wuhan
Thailand menjadi negara pertama di luar Eropa yang menunda peluncuran vaksin AstraZeneca pada Jumat (12 Maret), ketika para pemimpin politiknya dijadwalkan untuk mendapat suntikan pertama.
Tetapi, Pemerintah Thailand mengatakan pada Senin, mereka akan mulai menggunakan vaksin AstraZeneca pada Selasa (16 Maret).
Namun, Indonesia menyatakan, akan menunda pemberian vaksin AstraZeneca karena laporan pembekuan darah di antara beberapa penerima di Eropa dan akan menunggu tinjauan dari WHO.
WHO telah mengatakan, tidak ada indikasi kejadian tersebut disebabkan oleh vaksinasi. Pandangan yang sama juga diungkapkan oleh European Medicines Agency (EMA) yang menyebutkan, jumlah pembekuan darah yang dilaporkan tidak lebih tinggi dari yang terlihat pada populasi umum.
Beberapa efek samping yang dilaporkan di Eropa telah mengganggu program vaksinasi yang sudah berada di bawah tekanan karena peluncuran yang lambat dan skeptisisme vaksin di beberapa negara.
Baca Juga: Ikuti Irlandia, Belanda juga tangguhkan penggunaan vaksin Covid-19 AstraZeneca
Belanda mengungkapkan pada Senin, mereka mencatat 10 kasus kemungkinan efek samping yang merugikan dari vaksin AstraZeneca, beberapa jam setelah pemerintah menunda program vaksinasi menyusul laporan potensi efek samping di negara lain.
Denmark melaporkan gejala "sangat tidak biasa" pada warganya berusia 60 tahun yang meninggal karena pembekuan darah setelah menerima vaksin AstraZeneca.
Frasa yang sama digunakan pada Sabtu (13 Maret) oleh Norwegia yang mengatakan, sekitar tiga orang di bawah usia 50 tahun sedang dirawat di rumahsakit.
"Itu adalah perjalanan penyakit yang tidak biasa di sekitar kematian yang membuat Badan Pengawas Obat Denmark bereaksi," kata Badan Pengawas Obat Denmark dalam sebuah pernyataan pada Minggu (14 Maret) malam, seperti dilansir Reuters.
AstraZeneca Plc mengatakan sebelumnya, telah melakukan peninjauan terhadap lebih dari 17 juta orang yang divaksinasi di Uni Eropa dan Inggris, yang tidak menunjukkan bukti peningkatan risiko penggumpalan darah.