kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ada temuan kasus baru, Pemerintah Hubei: Masa inkubasi virus corona bisa 27 hari


Sabtu, 22 Februari 2020 / 13:44 WIB
Ada temuan kasus baru, Pemerintah Hubei: Masa inkubasi virus corona bisa 27 hari
ILUSTRASI. Pasien virus corona di Wuhan.


Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - SHANGHAI. Pemerintah Provinsi Hubei menyatakan masa inkubasi virus corona bisa lebih lama dari yang diperkirakan selama 14 hari, menyusul ditemukannya kasus virus corona pada seorang pria berusia 70 tahun di Hubei, tetapi tidak menunjukkan gejala hingga 27 hari kemudian.

Mengutip Reuters Sabtu (22/2), masa inkubasi yang lebih lama menambah rumit upaya untuk menahan penyebaran virus corona yang sejauh ini telah menewaskan lebih dari 2.000 orang di China dan menyebar ke luar China.

Baca Juga: Bank sentral China akan turunkan suku bunga lebih rendah lagi untuk dongkrak ekonomi

Menurut situs web pemerintah Hubei, pria itu yang hanya diidentifikasi dengan nama keluarganya, Jiang, pada 24 Januari mengendarai mobilnya kembali ke Shennongjia di Hubei barat laut dari timur Ezhou, tempat dia melakukan kontak dengan saudara perempuannya yang terinfeksi.

Berdasarkan pernyataan pemerintah, pria tersebut mengalami demam pada 20 Februari dan dinyatakan positif terkena virus corona sehari kemudian.

Kejadian tersebut juga sejalan dengan sebuah temuan yang mencuat beberapa waktu lalu.

Seorang perempuan muda (20 tahun) asal Wuhan menularkan virus corona tanpa pernah menunjukkan tanda-tanda terjangkit. 

Para ilmuwan China melaporkan kejadian itu pada Jumat (21/2) kemarin.

Warga Wuhan yang tidak disebutkan namanya itu ia melakukan perjalanan sejauh 675 km ke Kota Anyang. Dia sana dia menulari lima kerabat.

Baca Juga: AS antisipasi penyebaran virus corona, akan adopsi penutupan sekolah dan bisnis

Temuan itu menjadi bukti bahwa virus corona bisa menyebar tanpa menunjukkan gejala pada orang yang tertulari.

Meski kelima kerabatnya menderita pneumonia COVID-19, tetapi sampai tanggal 11 Februari, wanita muda itu belum mengalami gejala apa pun, CT dadanya tetap normal dan dia tidak mengalami demam, perut atau gejala pernapasan, seperti batuk atau sakit tenggorokan. .

Para ilmuwan dalam penelitian ini mengatakan jika temuan seperti itu terulang, maka pencegahan infeksi COVID-19 terbukti sangat sulit dilakukan.

Pertanyaan kunci sekarang, kata Schaffner, seberapa sering penularan semacam ini terjadi?

Studi kasus, yang terbit dalam Journal of American Medical Association, menunjukkan bagaimana coronavirus menyebar dan mungkin sulit dihentikan.

"Para ilmuwan telah bertanya-tenya: apakah mungkin terinfeksi tapi tidak merasa sakit? Jawabannya jelas, ya," kata Dr. William Schaffner, seorang ahli penyakit menular di Vanderbilt University Medical Center, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

China telah melaporkan total 75.567 kasus virus yang dikenal sebagai COVID-19 kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) termasuk 2.239 kematian, dan virus tersebut telah menyebar ke 26 negara dan wilayah di luar Cina daratan.

Menurut laporan oleh Dr. Meiyun Wang dari Rumah Sakit Rakyat Universitas Zhengzhou dan rekannya, wanita itu melakukan perjalanan dari Wuhan ke Anyang pada 10 Januari dan mengunjungi beberapa kerabat.

Ketika mereka mulai sakit, dokter mengisolasi wanita itu dan mengujinya untuk virus korona. Awalnya, hasil tes wanita itu negatif terhadap virus, namun tes lanjutan menunjukkan di positif terjangkit.

Baca Juga: Terbanyak di luar China, virus corona menewaskan empat orang di Iran




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×