Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli
Sejak Airbus mengambil alih program ini, A220 telah menghadapi peningkatan tajam dalam penjualan menjadi 658 pesanan pada 31 Januari. Tetapi Airbus belum melihat penurunan biaya yang diharapkan dari Airbus yang menerapkan daya beli yang lebih besar dengan pemasok, salah satu sumber mengatakan.
Kesepakatan akan membuat Airbus memikul investasi tambahan yang diperlukan oleh program pesawat. "Airbus tidak terlalu ingin melakukan ini saat ini, tetapi disajikan dengan sedikit pilihan jika Bombardier mundur," kata sumber kedua.
Baca Juga: Lepas jabatan eksekutif, inilah bunyi surat dua bos pendiri AirAsia
Airbus yang memiliki saham 50,6% dalam program tersebut, mengirimkan 48 jet A220 pada tahun 2019 dan sedang meningkatkan produksi menuju kapasitas maksimum 10 jet per bulan di Mirabel, Quebec, dan empat pesawat pada baris kedua di Alabama pada pertengahan satu dekade.
Chief Commercial Officer Airbus, Christian Scherer mengatakan kepada Reuters pada bulan Januari bahwa perusahaan sedang berkembang menuju target pengurangan persentase dua digit dalam biaya produksi A220.
Baca Juga: Saham AirAsia anjlok pasca dugaan suap Airbus
Quebec, dengan porsi saham 16,36% dalam program A220, tidak akan berinvestasi lebih lanjut. Sebaliknya, Menteri Ekonomi Pierre Fitzgibbon mengatakan, perusahaan itu berusaha untuk melindungi sekitar 2.700 pekerjaan program itu bersama dengan investasi provinsi senilai $ 1 miliar dalam itu.
"Kami menaruh US$ 1 miliar di dalamnya dan itu sudah cukup," ujarnya.