Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Beberapa analis mengatakan pada hari Rabu bahwa langkah yang dilaporkan tersebut menunjukkan bahwa Beijing tidak bersedia membiarkan perusahaan AS mana pun dalam upayanya mengurangi ketergantungannya pada teknologi Amerika.
“Bahkan Apple pun tidak kebal di China yang mempekerjakan ratusan ribu, bahkan lebih dari satu juta pekerja, untuk merakit produknya melalui hubungannya dengan Foxconn,” kata analis Davidson, Tom Forte.
Dia menambahkan, hal ini harus menginspirasi perusahaan-perusahaan lain untuk mendiversifikasi rantai pasokan dan konsentrasi pelanggan mereka agar tidak terlalu bergantung pada China jika ketegangan menjadi lebih buruk.
China adalah salah satu pasar terbesar Apple dan menghasilkan hampir seperlima pendapatannya.
Namun, menurut analis CFRA Research Angelo Zino, diperkirakan tidak ada dampak langsung terhadap pendapatan Apple, mengingat popularitas iPhone di China yang cukup tinggi.
Baca Juga: Salah Satu Orang Terkaya RI Kembali Borong Saham Blue Chip Ini, Bagaimana Prospeknya?
Saat berkunjung ke China pada pekan lalu, Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo mengatakan perusahaan-perusahaan AS telah mengeluh kepadanya bahwa China menjadi tidak dapat dijadikan tempat investasi, merujuk pada denda, penggerebekan, dan tindakan lain yang menjadikannya berisiko dalam melakukan bisnis di negara dengan perekonomian terbesar kedua dunia itu.
Pembatasan terbaru yang dilakukan China mencerminkan larangan serupa yang diterapkan di Amerika Serikat terhadap pembuat ponsel pintar asal China Huawei Technologies dan platform video pendek TikTok, yang dimiliki oleh ByteDance Tiongkok.