Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
BLACK SEA GRAIN INITIATIVE - Pada awal bulan ini, Rusia menarik diri dari kesepakatan Black Sea Grain Initiative. Ini merupakan kesepakatan darurat yang ditengahi antara PBB dan Turki, yang memungkinkan ekspor penting seperti gandum dan pupuk dikirim keluar dari Ukraina yang dilanda perang.
Melansir Yahoo News, saat berbicara di KTT Rusia-Afrika di St. Petersburg pada hari Kamis (27/7/2023), Presiden Vladimir Putin mengklaim bahwa negara-negara Barat "menghalangi" ekspor pertaniannya. Putin juga menyalahkan mereka atas "krisis" pangan global.
Kremlin sebelumnya mengklaim bahwa kesepakatan itu hanya menguntungkan Ukraina dan ekspor Rusia telah diblokir dari pasar luar negeri karena sanksi Barat.
“Afrika menderita konsekuensi negatif dari konflik ini,” kata politisi Chad Moussa Faki Mahamat kepada Putin.
Hampir 30% gandum dunia berasal dari ladang subur Ukraina dan Rusia. Sementara 75 minyak esensial yang digunakan untuk memasak dan menyiapkan makanan juga diproduksi di sana.
Perjanjian tersebut, yang mulai berlaku Juli tahun lalu, dibuat untuk meringankan krisis pangan global yang sudah buruk, yang diperburuk lagi oleh perang di Ukraina.
Baca Juga: Lawan Ancaman Rusia Soal Ekspor Biji-bijian, NATO Tingkatkan Patroli di Laut Hitam
Laporan Global Krisis Pangan 2023 menemukan bahwa telah terjadi peningkatan sebesar 33% jumlah orang yang menghadapi kelaparan di dunia pada tahun 2022 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Sebagian besar gandum yang diekspor melalui Laut Hitam dikirim ke negara-negara berkembang yang mengalami serangkaian krisis.
Menurut data dari Program Pangan Dunia PBB, Ethiopia, Yaman, dan Afghanistan telah menerima 600.000 ton kiriman gandum kemanusiaan sejak Agustus lalu. Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menggambarkan kesepakatan tersebut sebagai “mercusuar harapan” pada saat itu.
Konsekuensi yang mengerikan
Harpinder Collacott, direktur eksekutif Eropa dari organisasi bantuan Mercy Corps, mengatakan kepada Yahoo News bahwa sejak penciptaan inisiatif tersebut telah mengirimkan sekitar 32 juta ton makanan, cukup untuk memberi makan 150 juta orang selama setahun.
Sekarang Rusia telah mundur dari kesepakatan dan menghentikan ekspor pasokan makanan dan pupuk yang penting, mereka yang paling membutuhkanlah yang menghadapi konsekuensi paling mengerikan.
“Ukraina adalah lumbung dunia. Dalam jangka menengah hingga panjang, kita bisa melihat kenaikan besar dalam harga komoditas pangan,” kata Anne Garella, direktur regional operasi Aksi Melawan Kelaparan di Ukraina, kepada Yahoo News.
Baca Juga: Rusia Ingin Menggantikan Posisi Biji-bijian Ukraina
Dia menambahkan, “Jika penangguhan kesepakatan itu berlangsung, mungkin ada dampak potensial pada inflasi harga pangan, dan karenanya pada akses dunia terhadap pangan.”
Kehilangan makna
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada Senin (24/7/2023) pagi, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, Rusia menarik diri dari kesepakatan biji-bijian Laut Hitam karena kesepakatan tersebut kehilangan maknanya.
"Kelanjutan 'kesepakatan biji-bijian' - yang tidak membenarkan tujuan kemanusiaannya - telah kehilangan maknanya," kata Putin, menurut artikel di situs web Kremlin.
Mengutip Reuters, Putin mengatakan bahwa persyaratan Rusia untuk perpanjangan telah diabaikan. Itu sebabnya Moskow keluar dari kesepakatan yang memungkinkan Ukraina setahun yang lalu untuk mengekspor biji-bijian dari pelabuhan Laut Hitamnya, meskipun ada perang, untuk meringankan krisis pangan global.
Tuntutan utama yang diajukan Putin minggu lalu agar Moskow kembali ke kesepakatan, bagaimanapun, tidak secara langsung merujuk pada tujuan kemanusiaan.
Setelah keluar dari kesepakatan, Rusia telah menggempur pelabuhan pengekspor makanan Ukraina hampir setiap hari. Serangan pada hari Minggu di pelabuhan selatan Odesa menewaskan satu orang dan melukai puluhan lainnya.
Baca Juga: Rusia Serang Rute Ekspor Biji-bijian Danube yang Vital bagi Ukraina
Menulis menjelang KTT Rusia-Afrika kedua yang akan berlangsung di St. Petersburg pada Kamis dan Jumat pekan ini, Putin mengatakan bahwa Rusia mengharapkan rekor panen tahun ini.
"Saya ingin memastikan bahwa negara kami dapat menggantikan biji-bijian Ukraina baik secara komersial maupun gratis, terutama karena kami kembali mengharapkan rekor panen tahun ini," kata Putin.
Rusia dan Barat semakin bersaing untuk mendapatkan pengaruh di Afrika. Meskipun Moskow sejauh ini hanya berinvestasi sangat sedikit di sana, menurut data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, Rusia telah melakukan upaya diplomatik untuk memenangkan dukungan benua itu.