Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan negaranya menghormati hak penentuan nasib Somaliland dan siap bekerja sama di bidang ekonomi, teknologi, hingga kesehatan.
Namun para analis menyebut ada alasan strategis di balik keputusan ini. Somaliland dinilai dapat menjadi sekutu penting bagi Israel di kawasan Laut Merah, terutama terkait potensi operasi militer menghadapi kelompok Houthi yang didukung Iran di Yaman.
Institut Kajian Keamanan Nasional Israel menyebut Somaliland bisa memberikan akses operasi militer dekat wilayah konflik. Tak heran, Houthi memperingatkan akan menjadikan kehadiran Israel di Somaliland sebagai target serangan.
Isu lain yang ikut mencuat adalah dugaan rencana pemindahan paksa warga Palestina dari Gaza ke Somaliland, meski kedua pihak menyangkal hal itu.
Baca Juga: Hubungan Pahit Israel dan Negara-Negara Arab
“Langkah ini lebih pada upaya menahan pengaruh Iran di Laut Merah dan memperkuat keamanan Israel,” kata analis Afrika berbasis di AS, Cameron Hudson.
Penolakan keras dunia muncul karena kekhawatiran akan efek domino. Uni Afrika mewanti-wanti bahwa pengakuan Somaliland bisa mendorong gerakan separatis lain untuk menuntut hal serupa dan mengguncang stabilitas kawasan.
Meski demikian, beberapa negara yang memiliki kedekatan dengan Somaliland memilih bungkam. Uni Emirat Arab yang mengoperasikan pelabuhan militer di sana belum menanggapi. Ethiopia juga diam dan tampak berhati-hati, meski sebelumnya sempat tertarik menyewa sebagian garis pantai Somaliland.
Sementara itu, sinyal positif dari pemerintahan Donald Trump sebelum ini memberi harapan akan adanya dukungan AS. Namun Trump kini menunjukkan sikap enggan mengikuti langkah Israel.
Baca Juga: Israel Izinkan Negara Asing Jatuhkan Bantuan ke Gaza Lewat Udara, Mulai Jumat (25/7)
“Ada yang tahu apa itu Somaliland?” ujarnya kepada media AS.
Uni Eropa dan Inggris tetap menegaskan dukungan pada integritas wilayah Somalia dan belum berniat membuka pintu pengakuan.













