Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - Israel memicu kontroversi global setelah resmi mengakui Somaliland sebagai negara merdeka, menjadikannya negara pertama di dunia yang mengambil langkah tersebut sejak wilayah itu menyatakan pemisahan diri dari Somalia lebih dari 30 tahun lalu.
Pengakuan diumumkan Jumat (26/12/2025) pekan lalu dan langsung disambut sebagai “momen bersejarah” oleh Presiden Somaliland Abdirahman Mohamed Abdullahi. Namun Somalia mengecam keras keputusan itu sebagai bentuk pelanggaran kedaulatannya.
Penolakan serupa datang dari berbagai negara dan organisasi internasional, termasuk Turki, Arab Saudi, China, Uni Afrika, hingga kelompok Houthi di Yaman. Beijing menegaskan bahwa tidak ada negara yang boleh mendukung gerakan separatis demi kepentingan politiknya sendiri.
Amerika Serikat (AS) justru membela Israel dalam sidang darurat Dewan Keamanan PBB, dengan menyindir langkah sejumlah negara yang sebelumnya mengakui negara Palestina tanpa menuai protes serupa.
Baca Juga: Somalia Kecam Israel atas Pengakuan Somaliland, Tuduh Campur Tangan dan Agresi
Israel menegaskan keputusan itu bukan aksi permusuhan terhadap Somalia. “Pengakuan bukan tindakan menantang, melainkan sebuah peluang,” ujar Wakil Duta Besar Israel untuk PBB, Jonathan Miller.
Somaliland berada di pesisir Teluk Aden dan memisahkan diri pada 1991 setelah rezim diktator Siad Barre tumbang. Konflik brutal saat itu menewaskan puluhan ribu orang dan meratakan banyak kota.
Meski tidak diakui secara internasional, Somaliland telah memiliki pemerintahan, mata uang, dan stabilitas keamanan yang jauh lebih baik dibanding Somalia yang masih dilanda ancaman milisi ekstremis.
Baca Juga: Israel Jadi Negara Pertama Akui Somaliland sebagai Negara Merdeka
Penduduknya mayoritas berasal dari klan Isaaq yang dianggap berbeda secara etnis dari wilayah Somalia lainnya.
Namun Pemerintah Somalia bersikukuh bahwa Somaliland adalah bagian sah dari negara itu dan menilai pengakuan Israel sebagai ancaman terhadap persatuan nasional.
Kepentingan Israel di Laut Merah
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan negaranya menghormati hak penentuan nasib Somaliland dan siap bekerja sama di bidang ekonomi, teknologi, hingga kesehatan.
Namun para analis menyebut ada alasan strategis di balik keputusan ini. Somaliland dinilai dapat menjadi sekutu penting bagi Israel di kawasan Laut Merah, terutama terkait potensi operasi militer menghadapi kelompok Houthi yang didukung Iran di Yaman.
Institut Kajian Keamanan Nasional Israel menyebut Somaliland bisa memberikan akses operasi militer dekat wilayah konflik. Tak heran, Houthi memperingatkan akan menjadikan kehadiran Israel di Somaliland sebagai target serangan.
Isu lain yang ikut mencuat adalah dugaan rencana pemindahan paksa warga Palestina dari Gaza ke Somaliland, meski kedua pihak menyangkal hal itu.
Baca Juga: Hubungan Pahit Israel dan Negara-Negara Arab
“Langkah ini lebih pada upaya menahan pengaruh Iran di Laut Merah dan memperkuat keamanan Israel,” kata analis Afrika berbasis di AS, Cameron Hudson.
Penolakan keras dunia muncul karena kekhawatiran akan efek domino. Uni Afrika mewanti-wanti bahwa pengakuan Somaliland bisa mendorong gerakan separatis lain untuk menuntut hal serupa dan mengguncang stabilitas kawasan.
Meski demikian, beberapa negara yang memiliki kedekatan dengan Somaliland memilih bungkam. Uni Emirat Arab yang mengoperasikan pelabuhan militer di sana belum menanggapi. Ethiopia juga diam dan tampak berhati-hati, meski sebelumnya sempat tertarik menyewa sebagian garis pantai Somaliland.
Sementara itu, sinyal positif dari pemerintahan Donald Trump sebelum ini memberi harapan akan adanya dukungan AS. Namun Trump kini menunjukkan sikap enggan mengikuti langkah Israel.
Baca Juga: Israel Izinkan Negara Asing Jatuhkan Bantuan ke Gaza Lewat Udara, Mulai Jumat (25/7)
“Ada yang tahu apa itu Somaliland?” ujarnya kepada media AS.
Uni Eropa dan Inggris tetap menegaskan dukungan pada integritas wilayah Somalia dan belum berniat membuka pintu pengakuan.













