Reporter: Syamsul Ashar | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah sempat tertunda karena kerusuhan yang melanda Hong Kong, raksasa ecommerce asal China Alibaba Group hari ini (15/11) resmi mengumumkan penjualan saham ritel ke publik di Bursa Hong Kong.
Penawaran saham ini sebagai bagian dari penawaran global 500.000.000 saham baru dan pendaftaran saham biasa di bursa efek Hong Kong dengan kode saham 9988.
Baca Juga: Alibaba optimis IPO di Hong Kong akan sukses
Penawaran ini terdiri dari 12.500.000 saham baru dalam penawaran umum ritel publik dan 487.500.000 saham untuk penawaran global. Sebelumnya sumber kantor berita Reuters memperkirakan penjualan saham di Hong Kong ini akan menghasilkan dana segar sekitar US$ 13,4 miliar.
Adapun harga untuk penawaran ritel ke tidak akan lebih dari HK$ 188 per saham. Sementara harga penawaran untuk international tranche (saham yang bisa dipecah ke dalam unit kecil untuk selanjutnya ditawarkan kembali kepada investor lain) akan ditetapkan lebih tinggi dari harga maksimal pada public retail offering Alibaba akan menetapkan pada 20 November 2019 mendatang, waktu Hong Kong.
Penetapan harga ini dengan mempertimbangkan, antara lain, harga penutupan ADS (Amercan Depository Share) di bursa saham New York (NYSE) pada, atau sebelum tanggal perdagangan terakhir dan permintaan investor selama proses pemasaran.
Baca Juga: Alibaba akan listing saham paperless pertama di Hong Kong senilai US$ 13,4 miliar
Daniel Zhang, Executive Chairman dan Chief Executive Officer dalam pernyataan tertulis yang di terima KONTAN Jumat (15/11) menyatakan, Hong Kong adalah salah satu pusat keuangan paling penting di dunia, sehingga dirinya sangat berterima kasih atas kesempatan untuk berpartisipasi dalam masa depan Hong Kong.
"Kami bertujuan untuk melayani konsumen di seluruh dunia, dan 1 miliar diantaranya merupakan konsumen di Tiongkok, dan memfasilitasi lebih dari konsumsi senilai RMB10 Triliun di platform kami selama lima tahun ke depan dengan terus menjalankan tiga pilar strategis kami, yaitu globalisasi, konsumsi domestik dan maha data yang didukung komputasi awan." kata Daniel.
Baca Juga: Amerika Serikat mengutuk aksi kekerasan di Hong Kong