Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Amazon.com Inc memberikan relaksasi kepada mitra penjual maupun reseller yang telah mendapatkan pinjaman. Langkah itu diambil lantaran raksasa e-commerce Amerika Serikat itu sadar penyebaran Covid-19 bakal menekan prospek penjualan selama pandemi Covid-19.
Mengutip Reuters, Kamis (26/3), Amazon menginformasikan kepada mitra penjual yang menjadi debitur program Amazon Lending untuk menghentikan pembayaran mulai Kamis hingga 30 April 2020. Selama periode tersebut, Amazon tidak akan memberikan bunga tambahan.
Baca Juga: Amazon punya peluang menangi perebutan proyek cloud Pentagon dari Microsoft
Adapun program pinjaman Amazon menawarkan pendanaan mulai dari US$ 1.000 dan US$ 750.000 untuk pedagang yang mencari modal untuk memperoleh persediaan. Juga untuk memperluas lini produk mereka dan beriklan di Amazon.
"Pelunasan pinjaman akan dimulai kembali pada 1 Mei 2020. Anda memiliki jumlah pembayaran yang sama setelah pelunasan dilanjutkan," kata Amazon dalam pesan penjual yang diperoleh Reuters.
Lebih dari 20.000 pedagang mendapatkan pinjaman dari Amazon pada 2017. Pada akhir 2019, Amazon menerima dana senilai US$ 863 juta dari mitra penjual yang mengikuti program Amazon Lending. Adapun jangka waktu pinjaman berkisar dari tiga bulan hingga 12 bulan, dengan tingkat bunga dari 6% hingga 19,9%.
Ketika orang Amerika beralih ke belanja online saat melakukan karantina diri, banyak penjual online, yang merupakan bisnis kecil dan menengah, menghadapi kendala arus kas di tengah rantai pasokan dan masalah logistik. EBay Inc, pasar online utama lainnya, mengatakan pada hari Rabu bahwa ia akan menunda sebagian besar biaya penjualan untuk pedagang selama 30 hari.
Tawaran Amazon dapat memberikan kelegaan kepada penjual, beberapa di antaranya mungkin sangat terpukul oleh keputusan Amazon baru-baru ini untuk membatasi layanan pemenuhan AS dan Eropa untuk rumah tangga, medis, dan barang-barang penting lainnya selama wabah.
Baca Juga: Amazon konfirmasi kasus virus corona pertama karyawannya di AS