kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.476.000   8.000   0,54%
  • USD/IDR 15.855   57,00   0,36%
  • IDX 7.134   -26,98   -0,38%
  • KOMPAS100 1.094   -0,62   -0,06%
  • LQ45 868   -3,96   -0,45%
  • ISSI 217   0,66   0,31%
  • IDX30 444   -2,90   -0,65%
  • IDXHIDIV20 536   -4,36   -0,81%
  • IDX80 126   -0,06   -0,05%
  • IDXV30 134   -2,14   -1,58%
  • IDXQ30 148   -1,23   -0,83%

Amerika Serikat Temukan Bukti Baru Terkait Kejahatan Perang Rusia di Ukraina


Kamis, 14 Juli 2022 / 14:09 WIB
Amerika Serikat Temukan Bukti Baru Terkait Kejahatan Perang Rusia di Ukraina
ILUSTRASI. Bendera Ukraina di depan sebuah gedung apartemen yang hancur selama konflik Ukraina dan Rusia di Kota Mariupol, Ukraina, Kamis (14/4/2022). REUTERS/Alexander Ermochenko.


Sumber: The New York Times | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada Rabu (13/7) melaporkan bukti kejahatan perang baru yang dilakukan Rusia di Ukraina. Dalam pernyataannya, dia menyebut Rusia telah melakukan deportasi paksa terhadap ratusan ribu warga Ukraina.

"Pemindahan dan deportasi orang-orang yang dilindungi secara tidak sah merupakan pelanggaran berat terhadap Konvensi Jenewa Keempat tentang perlindungan warga sipil dan merupakan kejahatan perang," kata Blinken, seperti dikutip New York Times.

Blinken juga mengatakan, laporan ini akan secara resmi dirilis pada malam Konferensi Akuntabilitas Ukraina, yang diadakan Kamis (14/7) di Den Haag, Belanda. 

Baca Juga: Pemimpin Junta Myanmar Kunjungi Moskow, Bidik Penguatan Kerjasama Pertahanan

Pemerintah Belanda, Kantor Kejaksaan Pengadilan Kriminal Internasional, dan Komisi Eropa akan menjadi tuan rumah dari konferensi tersebut.

Dalam laporannya, Blinken menyebut Rusia telah menginterogasi, menahan, dan mendeportasi secara paksa 900.000 hingga 1,6 juta warga Ukraina. Termasuk di antaranya adalah 260.000 anak-anak.

Mereka dideportasi secara paksa ke wilayah Rusia, seringkali ke daerah-daerah terpencil di Timur Jauh.

Di sisi lain, Moskow mengeklaim, sebanyak 1,5 juta orang Ukraina berada di Rusia. Tetapi, mereka menegaskan, penduduk Ukraina dievakuasi untuk keselamatan mereka sendiri.

Baca Juga: PM Selandia Baru: PBB Telah Gagal dalam Menanggapi Invasi Rusia ke Ukraina

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah lama mencurigai pengiriman warga Ukraina ke Rusia sejak invasi dimulai. Bulan lalu, Zelensky menggambarkan tindakan deportasi paksa tersebut sebagai salah satu kejahatan perang paling keji di Rusia.

Beberapa warga yang dideportasi dan akhirnya berhasil melarikan diri dari Rusia mengatakan kepada New York Times, mereka dikumpulkan di fasilitas penyaringan dan kemudian diinterogasi.

Mereka yang dianggap memiliki hubungan dengan angkatan bersenjata Ukraina bahkan mengalami pemukulan, penyiksaan, hingga dilaporkan hilang.

Baca Juga: Amnesty Internasional Temukan Bukti Kejahatan Perang Rusia di Kota Kharkiv, Ukraina

Dalam beberapa kasus, paspor Ukraina mereka disita dan digantikan dengan paspor Rusia. Ini dianggap sebagai upaya nyata Rusia untuk mengubah susunan demografis Ukraina.

Pejabat Eropa menggambarkan tempat penyaringan itu berupa sekolah, pusat olahraga, dan lembaga budaya di beberapa bagian Ukraina yang baru-baru ini direbut oleh pasukan Rusia.

Dari situs tersebut, banyak orang Ukraina telah diangkut ke berbagai wilayah di Rusia, kebanyakan ditempatkan di wilayah yang sangat jauh dari Ukraina, seperti dekat China atau Jepang.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek)

[X]
×