kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Analis Ini Bilang, Tahun 2022 Jadi Tahun yang Jauh Lebih Sulit buat Bitcoin


Rabu, 05 Januari 2022 / 23:05 WIB
Analis Ini Bilang, Tahun 2022 Jadi Tahun yang Jauh Lebih Sulit buat Bitcoin


Sumber: CoinDesk | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Sejak 1 Januari lalu, harga Bitcoin belum keluar dari zona US$ 45.000-US$ 47.000. Menurut analis, tahun 2022 akan menjadi tahun yang jauh lebih sulit buat Bitcoin.

Edward Moya, Analis Pasar Senior OANDA, mengatakan, dekorelasi mata uang kripto alternatif (altcoin) dengan Bitcoin bisa memberikan tekanan lebih lanjut pada harga BTC.

“Kasus bull tetap untuk Bitcoin, tetapi ini akan menjadi tahun yang jauh lebih sulit karena banyak pedagang juga akan fokus pada altcoin,” katanya, Rabu (5/1), seperti dilansir CoinDesk.

Mengacu data CoinDesk, harga Bitcoin pada Rabu (5/1) pukul 21.05 WIB ada di US$ 46.462,43, turun 0,98% dibanding posisi 24 jam sebelumnya dan melorot sekitar 2% dalam sepekan terakhir.

Baca Juga: Harga Mata Uang Kripto Ini Melonjak 27%, Jauh Ungguli Bitcoin dan Shiba Inu

erusahaan data blockchain Glassnode mencatat, dengan sedikit pergerakan harga, pemegang jangka pendek Bitcooin menanggung sebagian besar kerugian, yang menciptakan peningkatan tekanan sisi jual.

Harga realisasi, metrik yang menilai setiap Bitcoin saat terakhir di blockchain, pemegang jangka pendek ada US$ 51.400 versus US$ 24.400 dan US$ 17.700 masing-masing untuk keseluruhan pasar dan pemegang jangka panjang.

"Pemegang Bitcoin jangka pendek secara agregat ada di bawah air pada investasi mereka, dan paling mungkin untuk menciptakan resistensi sisi jual,” tulis Glassnode dalam buletin yang terbit Senin (3/1), seperti dikutip CoinDesk.

Meski begitu, dalam jangka panjang, Co-Head of Foreign Exchange Strategy Goldman Sachs Zach Pandl menyebutkan, Bitcoin bisa merebut pangsa pasar emas sebagai “produk sampingan”.

Baca Juga: Sudah 5 Hari, Harga Bitcoin Belum Keluar dari Zona US$ 46.000-US$ 47.000

"Dengan lebih banyak adopsi (Bitcoin) bersama dengan potensi dari solusi penskalaan khusus Bitcoin,” sebutnya dalam sebuah catatan penelitian kepada klien yang terbit Selasa (4/1), seperti CoinDesk kutip.

“Secara hipotesis, jika pangsa Bitcoin dari pasar store value naik menjadi 50% selama lima tahun ke depan, harganya akan meningkat menjadi lebih dari US$ 100.000, dengan return 17%-18% per tahun,” ujar Pandl.

Goldman Sachs memperkirakan, saat ini publik di seluruh dunia memegang sekitar US$ 2,6 triliun emas untuk tujuan investasi, dengan asumsi harga emas US$ 1,800 per troy ounce. 

Sementara kapitalisasi pasar Bitcoin saat ini di bawah US$ 700 miliar. Pandl menambahkan, itu menyiratkan mata uang kripto terbesar di dunia tersebut saat ini menguasai sekitar 20% pangsa pasar store value.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×