Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Pejabat senior keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, menyatakan pada hari Jumat bahwa Rusia tidak menggertak ketika berbicara tentang kemungkinan menggunakan senjata nuklir taktis terhadap Ukraina.
Ia juga memperingatkan bahwa konflik Moskow dengan Barat dapat meningkat menjadi perang habis-habisan.
Medvedev, wakil ketua Dewan Keamanan Rusia dan mantan presiden Rusia, mengatakan bahwa konflik Moskow dengan Barat berkembang berdasarkan skenario terburuk. "Saat ini tidak ada seorang pun yang dapat mengesampingkan transisi konflik ke tahap akhir," ujarnya.
"Rusia menganggap semua senjata jarak jauh yang digunakan oleh Ukraina dikendalikan langsung oleh prajurit dari negara-negara NATO. Ini bukan bantuan militer, ini adalah partisipasi dalam perang melawan kami," kata Medvedev.
Baca Juga: Biden Izinkan Ukraina Gunakan Senjata AS Serang Wilayah Rusia Secara Terbatas
"Dan tindakan seperti itu bisa menjadi casus belli (tindakan yang memicu perang)."
Medvedev, yang dikenal sebagai salah satu tokoh paling garis keras di Kremlin, memberikan komentar tersebut setelah empat pejabat AS mengatakan kepada Reuters pada hari Kamis bahwa Presiden AS Joe Biden diam-diam telah memberi wewenang kepada Kyiv untuk meluncurkan senjata yang dipasok AS ke sasaran militer di Rusia yang mendukung serangan terhadap kota Kharkiv di Ukraina timur laut.
Medvedev, yang pernyataannya dianggap oleh para diplomat sebagai gambaran tentang pemikiran para pejabat senior di Kremlin, mengatakan bahwa merupakan kesalahan fatal di pihak Barat jika berpikir bahwa Rusia tidak siap menggunakan senjata nuklir taktis melawan Ukraina.
Ia juga menyebutkan potensi untuk menyerang negara-negara musuh yang tidak disebutkan namanya dengan senjata nuklir strategis.
Baca Juga: Ini Langkah Rusia Jika AS Tempatkan Rudal di Eropa atau Asia
"Sayangnya, ini bukan intimidasi atau gertakan," kata Medvedev.
"Konflik militer dengan Barat saat ini berkembang berdasarkan skenario terburuk yang mungkin terjadi. Ada peningkatan terus-menerus terkait dengan penggunaan senjata NATO. Oleh karena itu, saat ini tidak ada seorang pun yang dapat mengesampingkan transisi konflik ke tahap akhir," tambahnya.