Sumber: Al Jazeera | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - NEW DELHI. Rapat tingkat menteri G20 di India pekan ini terpaksa berakhir tanpa tanpa konsensus tentang perang di Ukraina. Penyebabnya, China ada di sisi Rusia dalam menolak desakan untuk menghentikan pertempuran di Ukraina.
Hanya Rusia dan China yang tidak menyetujui pernyataan berbunyi "penarikan penuh dan tanpa syarat pasukan Rusia dari wilayah Ukraina" pada pertemuan menteri luar negeri G20 pada hari Kamis (2/3) di New Delhi.
Menteri Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar, mengatakan ada perbedaan yang tidak dapat disatukan karena masing-masing pihak memiliki pandangan tersendiri terkait perang di Ukraina.
Meskipun demikian, Jaishankar merasa cukup lega karena mayoritas anggota G20 sepakat dalam menyelesaikan masalah di banyak aspek lain.
"Anggota G20 menyetujui sebagian besar masalah yang melibatkan negara-negara kurang berkembang seperti memperkuat multilateralisme, mempromosikan ketahanan pangan dan energi, perubahan iklim, masalah gender, dan kontraterorisme," katanya, seperti dikutip Al Jazeera.
Baca Juga: China dan Belarusia Kompak Dukung Perdamaian di Ukraina
Perdebatan Antar Menteri Luar Negeri G20
Sesi diskusi terkait perang di Ukraina sepertinya menjadi sesi paling panas dalam pertemuan menteri luar negeri G20 di New Delhi hari Kamis. Beberapa utusan negara secara terbuka menekan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, untuk segera menghentikan perang.
Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, jadi salah satu yang paling vokal dengan secara tegas meminta Lavrov untuk berhenti melakukan pengeboman di Ukraina yang berdampak pada warga sipil.
"Tuan Lavrov, hentikan perang ini, berhenti melanggar tatanan internasional kita, hentikan pemboman kota dan warga sipil Ukraina," kata Baerbock.
Merespons desakan itu, Lavrov menuduh negara-negara Barat munafik karena mereka telah memasok senjata ke Ukraina selama bertahun-tahun.
Baca Juga: Pertemuan G20 India Berakhir Tanpa Konsensus Terkait Perang Rusia-Ukraina
Dari kubu AS, Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan bahwa perang Rusia dengan Ukraina tidak bisa dibiarkan begitu saja. Blinken bahkan menyebut KTT G20 dirusak oleh adanya perang di Ukraina.
"Sayangnya, pertemuan ini kembali dirusak oleh perang Rusia yang tidak beralasan dan tidak dapat dibenarkan melawan Ukraina, kampanye penghancuran yang disengaja terhadap sasaran sipil dan serangannya terhadap prinsip-prinsip inti Piagam PBB," kata Blinken.
Beberapa hari sebelum pertemuan, AS sempat menuduh China sedang mempertimbangkan untuk menyediakan senjata ke Rusia untuk digunakan dalam perang.
Momen pertemuan menteri luar negeri G20 di New Delhi digunakan China untuk memberikan tanggapan. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, mengecam balik langkah AS yang secara terbuka terus-menerus mengirim senjata ke Ukraina sehingga perang tak kunjung usai.
Ning juga menilai AS telah melanggar kedaulatan China karena melakukan langkah serupa di Taiwan.
"AS mempromosikan perang dengan memasok senjata ke Ukraina dan melanggar kedaulatan China dengan dukungan untuk Taiwan. AS mengatakan menginginkan perdamaian, tetapi mengobarkan perang di seluruh dunia dan menghasut konfrontasi," tegas Ning.