Sumber: The Guardian | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Istilah logam tanah jarang (rare earth) dan mineral kritis kerap terdengar beberapa Waktu terakhir.
Apalagi setelah China menyatakan akan melarang ekspor rare earth sebagai buntut perang dagang dengan Amerika Serikat.
Tapi, apa itu rare eath dan mineral kritis?
Melansir The Guardian, mineral kritis adalah bahan tambang penting bagi ekonomi global. Termasuk di antaranya nikel, mangan, dan kobalt — tiga elemen yang jadi tulang punggung berbagai industri modern.
Sementara itu, rare earths (logam tanah jarang) merupakan kelompok mineral kritis yang sangat berguna, terutama untuk membuat magnet berperforma tinggi yang digunakan di industri otomotif, elektronik, pertahanan, hingga energi terbarukan.
Tak heran, mengamankan cadangan dan produksi rare earth kini menjadi isu panas dalam diplomasi dan perdagangan global.
Baca Juga: Ini Alasan Mengapa AS Ketar Ketir dengan Kebijakan Larangan Ekspor Rare Earth China
“Rare earth bukan sekadar logam, tapi bahan bakar tersembunyi di balik ekonomi masa depan — dari mobil listrik hingga senjata pintar,” tulis laporan tersebut.
Rare earth terdiri dari 17 jenis logam berat yang tersebar di kerak bumi.
Menurut survei Geologi Amerika Serikat (USGS) pada 2024, total cadangan global diperkirakan mencapai 110 juta ton, dengan China menguasai 44 juta ton — menjadikannya produsen terbesar di dunia.
Negara lain seperti Vietnam, Brasil, Rusia, dan India juga memiliki cadangan besar.
Namun, proses penambangannya sangat rumit. Butuh banyak bahan kimia dan menghasilkan limbah beracun yang bisa mencemari lingkungan. Biaya produksinya pun tinggi.
Rare earth punya peran besar karena dipakai di berbagai perangkat — dari lampu dan layar televisi, hingga rudal berpemandu dan turbin angin.
Baca Juga: China Melawan! Beijing Sebut Washington Sebar Ketakutan Soal Rare Earth