Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Mulai pulih
Harga minyak mulai pulih dari posisi terendahnya minggu ini di level US$ 20 per barel di mana harga Brent berada di US$ 34,11 pada hari Jumat. Posisi ini masih jauh di bawah level US$ 66 pada akhir 2019.
Harga minyak mencatatkan kenaikan satu hari terbesar pada hari Kamis, ketika Presiden AS Donald Trump mengatakan dia mengharapkan Rusia dan Arab Saudi untuk mengumumkan pengurangan produksi utama.
Baca Juga: Ekonomi global akan terkontraksi 2,2%, RI diramal selamat dari jurang resesi
Amerika Serikat bukan bagian dari OPEC + dan gagasan Washington untuk mengekang produksi telah lama dipandang sebagai sesuatu yang mustahil, paling tidak karena undang-undang antimonopoli AS.
Namun, jatuhnya harga minyak telah mendorong regulator di Texas, jantung produksi minyak AS, untuk mempertimbangkan mengatur output untuk pertama kalinya dalam hampir 50 tahun.
Tetapi Menteri Energi AS Dan Brouillette, dalam sebuah panggilan dengan para pemimpin industri minyak pada hari Jumat, tidak menyebutkan kemungkinan pengurangan produksi AS.
Baca Juga: Peringatan Trump: Iran akan bayar mahal jika menyerang fasilitas AS di Irak
Pada hari Sabtu, Presiden AS Donald Trump malah berfokus pada tarif sebagai respons terhadap jatuhnya harga minyak.
"Jika saya harus melakukan tarif pada minyak yang datang dari luar atau jika saya harus melakukan sesuatu untuk melindungi ... puluhan ribu pekerja energi kami dan perusahaan besar kami yang menghasilkan semua pekerjaan ini, saya akan melakukan apa pun yang harus saya lakukan ," jelas Trump dalam briefing tentang wabah corona kepada wartawan.
"Presiden sekarang memberi tahu kami apa itu Plan B: tarif," kata Robert McNally, presiden Rapidan Energy Group di Bethesda, Maryland kepada Reuters.