kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

AS bergabung dengan negara-negara Baltik menentang Rusia, ada apa?


Kamis, 23 Juli 2020 / 23:50 WIB
AS bergabung dengan negara-negara Baltik menentang Rusia, ada apa?


Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - VILNIUS. Amerika Serikat  atau AS bergabung dengan Lithuania, Latvia, dan Estonia menentang upaya Rusia untuk menulis ulang sejarah, setelah Presiden Vladimir Putin mengatakan, negara-negara Baltik telah menyetujui aneksasi mereka oleh Uni Soviet pada 1940.

"Kami menentang keras segala upaya Rusia untuk menulis ulang sejarah guna membenarkan pendudukan dan pencaplokan negara-negara Baltik pada 1940 oleh Uni Soviet," kata Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dalam pernyataan bersama dengan menteri luar negeri Lithuania, Latvia, dan Estonia, Kamis (23/7), seperti dikutip Reuters.

Pernyataan itu menandai peringatan ke-80 deklarasi 1940 oleh Menteri Luar Negeri AS Sumner Welles saat itu yang mengecam pencaplokan Soviet atas Lithuania, Latvia, dan Estonia.

Baca Juga: AS: Rusia harus setop pengembangan Chernobyl terbang, rudal jelajah nuklir

Kementerian Luar Negeri Estonia mengatakan, pihaknya telah memanggil duta besar Rusia untuk memprotes "pernyataan Putin baru-baru ini yang berusaha menggambarkan pendudukan Estonia dan pencaplokannya oleh Uni Soviet adalah sah."

"Rusia berusaha memberi kesan bahwa legitimasi dapat lahir dengan ancaman senjata, penindasan dengan kesepakatan bersama. Ini sangat sinis," kata Menteri Luar Negeri Estonia Urmas Reinsalu dalam sebuah pernyataan seperti dilansir Reuters.

Bulan lalu, Putin menulis bahwa memasukkan Lithuania, Latvia, dan Estonia ke dalam Uni Soviet "dilaksanakan berdasarkan kontrak, dengan persetujuan dari otoritas terpilih".

Baca Juga: Inggris, Kanada, AS tuding Rusia di balik serangan siber coba curi data vaksin corona

Kebohongan historis

"Ini sejalan dengan hukum internasional dan negara pada waktu itu," sebut Putin dalam artikel untuk majalah The National Interest terbitan AS.

Uni Eropa dan NATO menuduh Rusia melakukan kampanye disinformasi untuk mencoba menggoyahkan Barat dengan mengeksploitasi perpecahan di masyarakat. Tapi, Rusia membantah taktik semacam itu.

Komisi Eropa mengatakan pada Januari lalu, mereka tidak akan mentolerir distorsi fakta-fakta bersejarah, setelah Putin menyarankan Polandia berbagi tanggungjawab memulai Perang Dunia II karena berkomplot dalam rencana Nazi Jerman pada 1938 untuk mengoyak-ngoyakan Cekoslowakia.

Baca Juga: Dikepung militer Rusia, Ukraina undang NATO gelar latihan militer bersama

Presiden Polandia Andrzej Duda menuduh Putin melakukan "kebohongan historis".

Pada 1989, selama periode glasnost atau keterbukaan Uni Soviet di bawah pimpinan Mikhail Gorbachev, Moskow mengecam pakta rahasia Soviet-Nazi tahun 1939 atas Polandia dan negara-negara Baltik yang memungkinkan Uni Soviet mencaplok wilayah tersebut.

Lithuania, Estonia, dan Latvia, semuanya meraih kemerdekaan dari Uni Soviet saat negara itu runtuh dan sekarang adalah anggota Uni Eropa dan NATO.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×