kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

AS blokir visa puluhan mahasiswa dan peneliti pascasarjana Tiongkok, ini alasannya


Kamis, 10 September 2020 / 05:38 WIB
AS blokir visa puluhan mahasiswa dan peneliti pascasarjana Tiongkok, ini alasannya
ILUSTRASI. AS membatalkan puluhan visa mahasiswa dan peneliti pascasarjana China yang diduga terkait dengan militer China. REUTERS/Aly Song


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON/BEIJING. Hubungan Amerika Serikat dengan China masih memanas. Seorang penjabat kepala Departemen Keamanan Dalam Negeri AS, pada Rabu (9/9/2020) menyatakan, AS telah memblokir visa bagi mahasiswa dan peneliti pascasarjana China tertentu untuk mencegah mereka mencuri penelitian sensitif.

Melansir Reuters, Chad Wolf kembali menegaskan tuduhan AS atas praktik bisnis yang tidak adil dan spionase industri oleh China, termasuk upaya untuk mencuri penelitian virus corona, dan menuduh sekelompok orang menyalahgunakan visa pelajar untuk mengeksploitasi akademisi Amerika.

"Kami memblokir visa untuk mahasiswa dan peneliti pascasarjana China tertentu yang terkait dengan strategi fusi militer China untuk mencegah mereka mencuri dan sebaliknya melakukan penelitian sensitif," katanya dalam pidatonya di Washington seperti dikutip Reuters.

Wolf juga mengatakan, "Amerika Serikat juga mencegah barang-barang yang diproduksi dari tenaga kerja yang diperbudak memasuki pasar AS. Kami menuntut agar China menghormati martabat yang melekat pada setiap manusia." 

Baca Juga: China sebut AS adalah penyebab militerisasi di Laut China Selatan

Pernyataannya itu merujuk pada dugaan pelanggaran terhadap kaum Muslim di wilayah Xinjiang China.

Sayang, Wolf tidak memberikan informasi detailnya.

Pejabat Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS telah menyiapkan perintah untuk memblokir impor kapas dan produk tomat dari Xinjiang atas tuduhan kerja paksa, meskipun pengumuman resmi telah ditunda.

Baca Juga: China: AS lakukan intervensi dalam sengketa wilayah di Laut China Selatan

Hubungan Sino-AS telah tenggelam ke posisi terendah dalam sejarah di mana dua ekonomi terbesar dunia itu mengalami bentrokan atas sejumlah masalah, mulai dari perdagangan dan hak asasi manusia hingga Hong Kong dan virus corona.

Presiden AS Donald Trump, yang telah menggembar-gemborkan hubungan persahabatan dengan Presiden China Xi Jinping ketika dia berusaha memenuhi janji untuk menyeimbangkan kembali defisit perdagangan besar-besaran, telah menjadikan sikap kerasnya terhadap China sebagai bagian penting dari kampanye agar bisa terpilih kembali pada 3 November mendatang. 

Trump menuduh lawannya dari Partai Demokrat Joe Biden, yang memimpin sebagian besar jajak pendapat, bersikap lunak terhadap Beijing.

Baca Juga: Jet tempur China kembali masuk zona respons, Taiwan kutuk tindakan Tiongkok

Sebelumnya, beberapa mahasiswa China yang terdaftar di universitas AS mengatakan bahwa mereka menerima pemberitahuan melalui email dari kedutaan AS di Beijing atau konsulat AS di China pada hari Rabu yang menginformasikan bahwa visa mereka telah dibatalkan.

Hampir 50 siswa pemegang visa akademik F-1 termasuk mahasiswa pascasarjana dan sarjana mengatakan di ruang obrolan WeChat, bahwa mereka harus mengajukan visa baru jika mereka ingin melakukan perjalanan ke Amerika Serikat.

Baca Juga: Hubungan AS-China kian panas, pebisnis Amerika di China makin was-was

Banyak mahasiswa di chatroom mengatakan mereka mengambil jurusan mata pelajaran seperti sains, teknologi, teknik, dan matematika. Beberapa mengatakan mereka adalah lulusan pascasarjana yang memperoleh gelar sarjana di universitas China yang memiliki hubungan dengan Tentara Pembebasan Rakyat.

Pada akhir Mei, seorang sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan kepada Reuters bahwa Washington berencana untuk membatalkan visa ribuan mahasiswa pascasarjana China yang diyakini memiliki hubungan dengan militer China.

Selanjutnya: Militerisasi di Laut China Selatan, Menlu Retno: Satu kata, mengkhawatirkan




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×