kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

AS dan Kanada siap perkuat kerja sama untuk melawan pengaruh China


Rabu, 24 Februari 2021 / 11:51 WIB
AS dan Kanada siap perkuat kerja sama untuk melawan pengaruh China
ILUSTRASI. Presiden AS Joe Biden?berbincang dengan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, yang muncul melalui panggilan konferensi video di akhir pertemuan bilateral virtual mereka dari Gedung Putih di Washington, AS, 23 Februari 2021.


Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau pada hari Selasa (23/2) waktu setempat melakukan pertemuan virtual untuk pertama kalinya sejak Biden menjadi presiden. Keduanya membahas hubungan erat AS-Kanada, termasuk upaya mereka melawan pengaruh China.

Dilansir dari Reuters, Biden dan Trudeau juga membahas langkah-langkah terbaru untuk melawan perubahan iklim. AS kini mulai mengambil langkah serius untuk mengatasi masalah iklim sejak Biden menjabat. Salah satunya dengan kembali ke Paris Agreement.

Melalui video conference, Biden menegaskan bahwa AS tidak memiliki teman yang sedekat Kanada. Pernyataan tersebut cukup memberikan gambaran bagaimana arah kebijakan Biden ke depannya di kawasan Amerika Utara.

"Amerika Serikat tidak memiliki teman dekat, tidak ada teman dekat selain Kanada. Itulah mengapa Anda (Trudeau) menjadi pilihan dalam pertemuan bilateral pertama saya," ungkap Biden.

Baca Juga: Kedutaan AS di Irak kembali jadi sasaran roket, tiga kali dalam sepekan

Terkait China, Trudeau berterima kasih kepada Biden karena menegaskan kembali dukungan AS untuk pembebasan dua warga Kanada yang ditahan oleh China, Michael Spavor dan Michael Kovrig, atau dijuluki "Dua Michaels".

Biden menegaskan bahwa AS akan bekerja keras sampai bisa membawa pulang kedua warga Kanada tersebut dengan selamat. Keduanya ditahan sejak Desember 2018, diduga merupakan aksi balas dendam China atas penangkapan eksekutif Huawei, Meng Wanzhou.

Dikutip dari BBC, pada 19 Juni 2020 lalu Dua Michaels resmi dituduh sebagai mata-mata dan memberikan informasi rahasia China ke pihak luar.

Kovrig merupakan mantan diplomat Kanada yang bertugas di PBB. Saat ditangkap ia bekerja untuk International Crisis Group. Sementara Spavor menjadi konsultan dan direktur Paektu Cultural Exchange, organisasi yang mempromosikan investasi dan pariwisata di Korea Utara.

Hubungan kedua negara sempat terganggu akibat pipa minyak

Di awal masa jabatannya, Biden sempat membuat Kanada kepanasan setelah memblokir proyek pipa Keystone XL senilai US$ 8 miliar.

Jaringan pipa tersebut disiapkan untuk memompa minyak mentah dari Alberta, Kanada ke Nebraska, AS. Biden kemudian mengusulkan program "Buy America" untuk mendorong konsumsi produk dalam negeri.

Baca Juga: AS buka peluang diskusi dengan Iran demi kembali ke kesepakatan nuklir

Dalam pertemuan kali ini kedua pemimpin negara menjelaskan bahwa mereka ingin menyelesaikan perselisihan itu dan bekerja sama.

Tanda hubungan baik telah terlihat sejak awal Biden ditetapkan sebagai Presiden AS yang baru. Trudeau merupakan pemimpin dunia pertama yang memberi ucapan selamat kepada Biden.

Hubungan AS dan Kanada tidak berjalan terlalu baik selama pemerintahan Trump. Presiden dari Partai Republikan itu sering berseberangan dengan Kanada dalam hal perdagangan. Termasuk memberlakukan tarif pada aluminium dan baja Kanada.

Dikutip dari Reuters, Trump bahkan diketahui hanya satu kali berkunjung ke Kanada, yakni pada pertemuan G7 tahun 2018. Setelah kembali ke AS, Trump mengecam Trudeau dengan menyebutnya sangat tidak jujur dan lemah.

Bukan cuma itu, Trump memaksa Kanada untuk melakukan negosiasi ulang terkait Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara. Pembicaraan ulang tersebut akhirnya memakan waktu bertahun-tahun.

Selanjutnya: Angkatan Udara AS: Jet siluman F-35 bermasalah dan perlu pengganti




TERBARU

[X]
×