Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, menegaskan komitmen negaranya untuk berdiri di pihak Filipina jika negara ASEAN itu terlibat konflik bersenjata dengan China di Laut China Selatan.
Dalam kunjungannya ke Manila hari Selasa (19/3), Blinken turut mengecam aksi China yang dianggap telah mengancam visi Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.
"Kami mendukung Filipina dan memegang teguh komitmen pertahanan kami yang kuat, termasuk berdasarkan Perjanjian Pertahanan Bersama. Kami memiliki keprihatinan yang sama mengenai tindakan China, termasuk di Laut China Selatan dan zona ekonomi eksklusif Filipina," kata Blinken, dikutip AP News.
Blinken juga secara tegas mengatakan bahwa China telah melakukan pelanggaran berulang terhadap hukum internasional dan hak-hak Filipina, seperti menggunakan meriam air untuk menyerang kapal, menghalangi pergerakan kapal, serta membayangi aktivitas kapal di perairan tersebut.
Baca Juga: Filipina Siap Menekan Balik China Jika Kedaulatan Maritimnya Terus Diabaikan
Konflik Filipina-China di Laut China Selatan
Filipina dan China terlibat konflik wilayah di Laut China Selatan yang semakin intens setahun terakhir. Wilayah Second Thomas Shoal, yang diduduki kontingen kecil Angkatan Laut Filipina, terus dikelilingi oleh kapal penjaga pantai China.
Dua minggu lalu, kapal penjaga pantai China memblokir dan menembakkan meriam air ke arah kapal-kapal Filipina. Seorang laksamana dan empat pelaut Filipina dilaporkan mengalami luka ringan dalam insiden tersebut.
Dalam kesempatan lain, dua tabrakan kecil antara kapal Filipina dan China juga terjadi di laut lepas perairan tersebut. Pasca kejadian, Departemen Luar Negeri Filipina langsung memanggil wakil duta besar China untuk menyampaikan protes.
Pihak China mengatakan, mereka mengambil tindakan pengendalian sesuai dengan hukum terhadap kapal-kapal Filipina yang dianggap masuk secara ilegal ke perairan sekitar Ren’ai Reef, sebutan China untuk Second Thomas Shoal.
Baca Juga: Filipina Bantah China Soal Sengketa LCS, China Tawarkan Proposal Tapi Diabaikan
Kerjasama Filipina-AS
Kunjungan Blinken ke Filipina hari Selasa sekaligus menegaskan kembali bahwa AS, di bawah Perjanjian Pertahanan Bersama tahun 1951, wajib membela Filipina jika pasukan, kapal, atau pesawat Filipina mengalami serangan bersenjata di mana pun di Laut China Selatan.
Merespons kunjungan tersebut, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, menyebut AS tidak memiliki hak untuk terlibat dalam segala permasalahan yang ada di Laut China Selatan.
"AS bukan pihak dalam masalah Laut China Selatan dan tidak mempunyai hak untuk campur tangan dalam masalah maritim antara China dan Filipina," katanya.
Blinken bersama dengan sejawatnya dari Filipina, Enrique Manalo, menggambarkan aliansi kedua negara berada dalam kondisi "hyper-drive" atau dalam kondisi yang sangat hebat.
Di saat yang sama, mereka juga mengakui bahwa masih banyak yang bisa dilakukan. Mereka mengatakan upaya untuk memperkuat hubungan pertahanan tidak ditujukan terhadap negara mana pun.
Militer AS dan Filipina berencana mengadakan latihan tempur tahunan terbesar mereka pada bulan April di Filipina. Area latihan mencakup wilayah utara yang hanya berjarak sangat dekat dari Taiwan.