kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Filipina Siap Menekan Balik China Jika Kedaulatan Maritimnya Terus Diabaikan


Senin, 04 Maret 2024 / 16:29 WIB
Filipina Siap Menekan Balik China Jika Kedaulatan Maritimnya Terus Diabaikan
ILUSTRASI. BRP Sierra Madre, kapal Angkatan Laut Filipina yang rusak sejak 1999?dan menjadi detasemen militer Filipina di Second Thomas Shoal yang disengketakan, bagian dari Kepulauan Spratly.


Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - Presiden Filipina, Ferdinand Marcos Jr., menegaskan bahwa negaranya siap memberikan tekanan kepada China jika kedaulatan, hak kedaulatan, dan yurisdiksi negaranya di Laut China Selatan terus diabaikan.

Hubungan antara Filipina dan China terus memburuk dalam satu tahun terakhir dipicu masalah sengketa wilayah di Laut China Selatan, terutama sejak Marcos naik tahta tahun 2022.

Situasi memanas setelah saat ini Filipina memilih untuk menjalin hubungan pertahanan yang lebih erat dengan sekutu militer lamanya, Amerika Serikat.

Di Laut China Selatan, kapal-kapal China kerap menghalangi aktivitas kapal-kapal Filipina, beberapa di antaranya bahkan sempat melewati perbatasan.

Baca Juga: Filipina Tuduh Kapal Milik China Melakukan Tindakan Berbahaya di Laut China Selatan

"Hal ini mengalihkan perhatian kita dari tindakan-tindakan yang agresif, unilateral, ilegal dan melanggar hukum, serta serangan terhadap supremasi hukum internasional dan prinsip-prinsip Piagam PBB," kata Marcos di forum Lowy Institute Australia hari Senin (4/4), dikutip Reuters.

Pada kesempatan itu Marcos mengatakan bahwa komunitas internasional memberikan perhatian yang terlalu besar pada persaingan negara adidaya antara Amerika Serikat dan China, sampai melupakan mengorbankan kepentingan maritim sah negara-negara lain di kawasan.

Marcos telah secara terbuka menuduh China melakukan tindakan agresif di zona ekonomi eksklusif Filipina, termasuk penggunaan meriam air dan taktik tabrakan untuk mengusir kapal-kapal Filipina.

"Kebijakan luar negeri kami yang independen memaksa kami untuk bekerja sama dengan mereka (China) dalam hal-hal yang sejalan dengan kepentingan kami, untuk dengan hormat tidak setuju pada bidang-bidang di mana pandangan kita berbeda, dan untuk menekan balik ketika prinsip-prinsip yang kami janjikan seperti kedaulatan, hak kedaulatan, dan yurisdiksi kami diabaikan," kata Marcos.

Baca Juga: Filipina Gelar Patroli Udara Gabungan dengan AS untuk Melindungi Wilayahnya

DI bawah pemerintahan Marcos, jumlah pangkalan militer Filipina yang bisa diakses oleh militer AS telah meningkat, termasuk tiga pangkalan baru yang menghadap Taiwan.

Latihan militer AS-Filipina yang telah berlangsung selama beberapa dekade pun baru-baru ini diperluas jangkauannya, mencakup patroli udara dan laut gabungan di Laut Cina Selatan dan dekat Taiwan.

Deretan kedekataan antara Filipina dan AS itu jelas membuat China merasa semakin terprovokasi. China, yang masih mengklaim kedaulatan atas sebagian besar Laut Cina Selatan, menuduh Filipina berulang kali melakukan pelanggaran di wilayahnya.

Pemerintah China kini mendesak dialog untuk mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×