Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Amerika Serikat ingin terus meningkatkan kemampuan angkatan laut mereka di Asia. Kali ini, AS menyatakan ingin menambah armada angkatan laut mereka yang berbasis di Singapura.
Sekretaris Angkatan Laut AS Kenneth Braithwaite mengusulkan pembentukan armada baru di persimpangan antara Samudra Hindia dan Pasifik. "Kami tidak bisa hanya mengandalkan Armada Ketujuh di Jepang," kata mantan laksamana bintang satu itu.
“Kami harus mencari sekutu dan mitra kami yang lain seperti Singapura, seperti India, dan benar-benar menempatkan armada bernomor di tempat yang akan sangat relevan jika, amit-amit, kami terjebak dalam masalah,” ujar dia.
Baca Juga: Jepang merancang jet tempur baru untuk memerangi China
“Lebih penting lagi, ini bisa memberikan pencegahan yang jauh lebih tangguh. Jadi kami akan membuat Armada Pertama, dan kami akan menaruhnya, jika bukan di Singapura, kami akan membuatnya lebih berorientasi ekspedisi dan memindahkannya melintasi Pasifik sampai di mana sekutu dan mitra kami melihat bahwa hal itu dapat membantu mereka sebaik mungkin untuk membantu kami,” paparnya.
Braithwaite, pemimpin sipil tertinggi Angkatan Laut, mengatakan dia belum membahas rencana tersebut dengan penjabat menteri pertahanan baru Christopher Miller. Tetapi ia pernah melakukan pembahasan tersebut dengan mantan menteri pertahanan Mark Esper.
USNI News mengatakan Braithwaite tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang seberapa besar Armada Pertama yang diusulkan, atau apakah kapal dari armada lain akan diteruskan ke armada baru, dan bagaimana operasi akan dibagi antara armada lain di kawasan Asia-Pasifik.
Armada Ketujuh AS, yang bermarkas di Yokosuka di Jepang sendiri mencakup sekitar 48 juta mil persegi dari Garis Tanggal Internasional di Samudera Pasifik tengah hingga perbatasan India-Pakistan di Samudra Hindia.
Baca Juga: Senator AS berupaya hentikan penjualan senjata ke UEA, ini alasannya
Sementara Armada Kelima, yang berbasis di Bahrain, meliputi Timur Tengah dan Samudra Hindia bagian barat.
Analis maritim Asia sendiri menggambarkan proposal Washington yang tiba-tiba ini adalah sebuah percobaan sepihak oleh pemerintahan Trump yang sebentar lagi akan tergeser oleh Joe Biden.
Di saat negara-negara Asia pada umumnya terus menyambut kehadiran Amerika sebagai pelindung terhadap China, para pengamat mengatakan pangkalan permanen baru AS di kawasan itu akan menyebabkan lebih banyak kekhawatiran di Beijing daripada yang bisa ditanggung oleh pemerintah di kawasan tersebut.
Baca Juga: Konflik dengan India, China diduga pakai senjata yang bisa memasak hidup-hidup musuh
"Saya yakin pemerintahan Biden akan lebih berhati-hati terhadap kepekaan politik regional untuk meninjau [proposal] secara tepat dengan sekutu dan mitra AS, jika tidak membatalkan rencana itu langsung pada Januari mendatang," kata pengamat keamanan regional Collin Koh.
Sementara pengamat dari Sekolah Studi Internasional S. Rajaratnam Olli Pekka Suorsa usulan tersebut cuma dimaksudkan sebagai sinyal dari AS ke China soal niat jangka panjang Washington dan tekad untuk bersaing dengan Beijing.