Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Departemen Perdagangan Amerika Serikat (U.S. Commerce Department) pada Kamis (17/7) mengumumkan pengenaan bea masuk anti-dumping sementara sebesar 93,5% terhadap grafit anoda asal China.
Setelah menyimpulkan bahwa material tersebut, komponen utama baterai kendaraan Listrik dijual di pasar AS dengan harga di bawah nilai wajar.
Berdasarkan lembar fakta yang diperoleh Reuters, tarif tersebut berlaku seragam bagi seluruh produsen China, baik dalam bentuk margin dumping maupun tarif deposit tunai awal.
Baca Juga: Ekspor Billet China Membanjiri Pasar, Negara Tujuan Seperti Indonesia Kena Imbas
Departemen Perdagangan menyebutkan bahwa kebijakan ini berdampak pada impor grafit anoda dari China senilai US$347,1 juta pada tahun 2023.
Tarif dikenakan atas grafit anoda dengan kandungan karbon minimum 90% berdasarkan berat, baik yang berasal dari grafit sintetis, grafit alam, maupun campuran keduanya.
Sebelumnya, dalam penyelidikan subsidi terpisah yang diumumkan pada 20 Mei 2025, Departemen Perdagangan telah menjatuhkan bea masuk subsidi sementara sebesar 6,55% untuk sebagian besar produsen China.
Namun, dua Perusahaan Huzhou Kaijin New Energy Technology Corp dan Shanghai Shaosheng Knitted Sweat (sic) dikenakan tarif jauh lebih tinggi, masing-masing sebesar 712,03% dan 721,03%.
Baca Juga: AS Larang Kabel Bawah Laut Pakai Teknologi China, Waspadai Ancaman Spionase!
Keputusan akhir untuk tarif anti-dumping dan anti-subsidi atas material ini dijadwalkan akan diumumkan pada 5 Desember 2025.
Pengajuan kasus ini dilakukan oleh American Active Anode Material Producers, sebuah koalisi produsen grafit anoda aktif asal AS. Anggotanya antara lain:
- Anovion Technologies (Sanborn, New York)
- Syrah Technologies LLC (Vidalia, Louisiana)
- Novonix Anode Materials (Chattanooga, Tennessee)
- Epsilon Advanced Materials (Leland, North Carolina)
- SKI US Inc (Marietta, Georgia)
Baca Juga: Huawei Merebut Posisi Teratas Pasar Smartphone di China
Kebijakan ini menambah tekanan terhadap industri grafit China, yang selama ini mendominasi rantai pasok global untuk komponen baterai kendaraan listrik, di tengah upaya Washington memperkuat produksi mineral kritis domestik.