Sumber: Washington Times | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
"Tidak ada hubungan epidemiologis yang ditemukan antara pasien pertama dan kasus selanjutnya," kata laporan itu seperti yang dikutip The Washington Times.
Setidaknya, 13 korban virus tidak memiliki eksposur yang jelas ke pasar makanan laut. Pasar yang menjual binatang buas seperti daging kucing luwak sampai kelelawar hingga akhirnya ditutup pada 1 Januari.
"Itu angka yang besar, 13 kasus, tanpa hubungan," Daniel Lucey, spesialis penyakit menular di Universitas Georgetown, mengatakan kepada Science.
Baca Juga: Larangan berpergian akibat virus corona, sejumlah maskapai batalkan rute ke China
Lucey, seorang dokter penyakit menular dan asisten profesor penyakit menular, mengatakan kepada buletin online Science Speaks bahwa China tidak memberikan penjelasan mengapa beberapa penyakit itu tidak terkait dengan pasar Wuhan.
"Infeksi pasti terjadi pada November 2019 untuk pasien yang paling awal dilaporkan dengan timbulnya gejala 1 Desember," katanya.
“Apakah pasien ini terinfeksi dari hewan atau orang lain pada bulan November, secara langsung atau oleh (benda atau bahan yang mungkin membawa infeksi, seperti pakaian, peralatan, dan furnitur), infeksi itu terjadi di lokasi selain pasar makanan laut Huanan," tambah Lucey.
Baca Juga: Pemerintah resmi keluarkan travel warning ke provinsi Hubei China
Kemarahan memuncak
Menurut laporan dari sejumlah media dan jejaring sosial di China, kemarahan publik meningkat atas penanganan pemerintah terhadap virus yang menyebar dengan cepat.
Sedikitnya 106 orang tewas di China, sebagian besar di provinsi Hubei bagian tengah, dan lebih dari 2.700 orang terinfeksi. Angka kematian dan tingkat infeksi bisa lebih tinggi karena pemerintah China diketahui menlakukan sensor laporan berita dan informasi resmi. AS dan 12 negara lain telah melaporkan kasus di dalam perbatasan mereka.