kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Asumsi terburuk, PDB China hanya tumbuh 5,5% di 2020 jika...


Jumat, 11 Oktober 2019 / 12:35 WIB
Asumsi terburuk, PDB China hanya tumbuh 5,5% di 2020 jika...
ILUSTRASI. FILE PHOTO: A China yuan note is seen in this illustration photo May 31, 2017. REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo GLOBAL BUSINESS WEEK AHEAD


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Hasil polling yang diadakan Reuters menunjukkan, tingkat ekspor China diprediksi bakal turun cukup dalam pada September. 

Melansir Reuters, hasil polling nilai tengah estimasi 28 ekonom menunjukkan, tingkat ekspor China pada September akan melorot hingga 3% dibanding tahun sebelumnya. Prediksi itu lebih buruk dari penurunan sebesar 1% pada Agustus. 

Baca Juga: Kabar positif dari perundingan AS-China menyejukkan bursa Asia

Ada beberapa alasan yang mendasari hal tersebut. Salah satunya, melemahnya permintaan global dan penerapan tarif oleh AS. Apalagi, pemberlakuan tarif lanjutan akan berlaku efektif pada 15 Oktober dan 15 Desember mendatang. Kecuali, kedua belah pihak berhasil mencapai kata sepakat pada perundingan di Washington minggu ini.

Sebagian besar analis memberikan ramalan suram untuk ekspor China seiring dengan  melemahnya permintaan global dan pudarnya "front loading effect". Beberapa perusahaan China bergegas mengirimkan barang ke Amerika Serikat menjelang batas waktu September, sehingga mendukung data ekspor Juli dan Agustus.

Baca Juga: Hari pertama perundingan AS-China berakhir dengan senyuman

Sementara itu, dalam laporan terbarunya, Fitch Ratings memprediksi perusahaan teknologi China yang berorientasi ekspor akan tetap mengalami tekanan karena pelanggan memindahkan rantai pasokan mereka dari China.

Permintaan domestik masih lemah

Bagaimana dengan impor? Hasil polling Reuters juga menunjukkan, tingkat impor cenderung tetap mengalami kontraksi, dengan menyusut 5,2% dari tahun sebelumnya, versus penurunan 5,6% pada bulan Agustus.

Perkiraan tersebut menunjukkan tingkat permintaan domestik China masih lemah karena kebijakan stimulus yang digelontorkan pemerintah lebih dari setahun lalu, gagal untuk mengerem perlambatan ekonomi.

Baca Juga: Pasar Sangat Gugup, Harga Emas Hari Ini Melorot Ke Bawah US$ 1.500

"Perlambatan impor saat ini sebagian dapat dijelaskan dari penurunan harga komoditas. Memang, impor produk-produk teknologi tinggi dan barang-barang lainnya turun lebih tajam daripada komoditas industri utama," kata analis dari Capital Economics.

Analis memperkirakan, pertumbuhan ekonomi China dapat melambat lebih dalam pada kuartal ini dari level terendahnya dalam 30 tahun mendekati 6,2% yang terjadi pada April-Juni. Analis juga menilai, pemerintah harus lebih banyak mengeluarkan kebijakan baru untuk mendongkrak perekonomian, terutama jika tarif AS dilanjutkan dan mencakup hampir semua barang impor Tiongkok yang tersisa dalam beberapa bulan mendatang.

Baca Juga: Trump: Hari besar negosiasi dengan China, saya akan bertemu Wakil PM China

"Dengan asumsi tidak ada kesepakatan perdagangan dan AS mengumumkan kenaikan tarif, kami melihat pertumbuhan PDB melambat lebih lanjut di Q4 dan Q1 2020, sebelum akhirnya rebound moderat di Q2. Pertumbuhan PDB China di 2020 akan sebesar 5,5%," kata analis UBS dalam sebuah catatan penelitian.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×