Reporter: Dessy Rosalina | Editor: Dessy Rosalina
SYDNEY. Senyum lebar menghiasi wajah Gigi Wong. Pria yang sehari-hari berprofesi sebagai akuntan di University of Sydney ini baru saja membeli rumah seharga A$ 856.000. Harga ini 14% di atas harga yang disodorkan broker properti.
Wong mendapatkan rumah tersebut dengan mengalahkan tawaran empat penawar lain. Yang menarik, rumah tersebut berlokasi di pinggiran Sydney. Kondisi rumah pun tergolong tak terurus. Cat dinding luntur dan pintu rumah rusak. "Saya merasa tidak membayar mahal.
Selama saya mampu meminjam uang ke bank, saya harus menggunakannya," ujar Wong, seperti dikutip Bloomberg.
Tindakan Wong adalah secuil kisah dari ancaman gelembung (bubble) properti di Australia. “Mudah sekali melihat bahwa ancaman bubble properti sedang tumbuh di Australia," ujar Saul Eslake, Kepala Ekonom Bank of America Merrill Lynch di Melbourne.
Ramalan bubble Eslake bisa jadi kenyataan. Coba lihat, rata-rata harga rumah di Sydney telah mendaki 13% di akhir Oktober atau selama sepuluh bulan terakhir. Angka ini berdasarkan indeks harga rumah RP Data-Rismark.
Konsultan properti ini mencatat, harga rata-rata rumah di Sydney telah menembus rekor A$ 718.122 atau US$ 683.508.
Angka ini berbeda tipis dengan harga rumah di New York yang sebesar US$ 806.000. Atau lebih tinggi dari harga rumah di London yang sebesar US$ 536.237.
Kondisi tak berbeda terjadi di kota lain. Di sejumlah kota besar di Australia, harga rata-rata rumah mencapai A$ 605.336 di akhir Oktober lalu. Harga ini menyentuh masa booming properti di tahun akhir tahun 2010 lalu.
Penopang ekonomi
Kebijakan suku bunga rendah menjadi pemicu utama munculnya bubble properti. Bank Sentral Australia (RBA) mematok bunga acuan di level 2,5%. Ini adalah level terendah sejak November 2011.
Tujuan RBA, agar ekonomi Negeri Kangguru tetap tumbus meski booming pertambangan telah usai. Tak pelak, suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) pun murah meriah. Rata-rata bunga KPR di Australia sebesar 5,95%. Ini merupakan level terendah sejak September 2009.
Yang jadi masalah, pembeli rumah pertama hanya sebanyak 13,7% dari total KPR, di akhir Agustus lalu. Motivasi pembeli rumah adalah mendapatkan untung alias berstatus investor. Saat ini, tingkat utang rumah tangga Australia mencapai 150% dari pendapatan tahunan. Ini lebih tinggi dibandingkatn tingkat utang di Amerika Serikat (AS) yang sebesar 135%. “Bagi investor, perubahan suku bunga dan harga rumah akan memicu mereka menjual rumah secara gampang,".