Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Hasil studi terbaru menunjukkan, pemetaan pasien Covid-19 yang mengalami infeksi ulang terhadap penyakit virus corona mengalami peningkatan. Hal itu dapat mengancam kekebalan berkelanjutan.
Studi tersebut diterbitkan dalam jurnal The Lancet Infectious Diseases, yang mana dilakukan dengan memetakan kasus infeksi ulang Covid-19 di Amerika Serikat. Menurut penelitian ini, pasien Covid-19 mungkin saja mengalami gejala yang lebih para pada kali kedua dia terinfeksi virus corona baru.
Hasil studi tersebut, seperti dikutip dari Science Alert, Selasa (13/10/2020), menunjukkan bahwa akibat paparan virus corona ini kemungkinan tidak akan menjamin kekebalan di masa depan.
Seorang pasien pria asal Nevada berusia 25 tahun, terinfeksi dua varian virus SARS-CoV-2 yang berbeda dalam jangka waktu 48 hari. Infeksi ulang yang kedua yang dialaminya lebih parah, sehingga mengakibatkan pasien tersebut harus dirawat di rumah sakit dengan bantuan oksigen.
Baca Juga: Banyak negara beralih ke tes antigen cepat untuk Covid-19, apa itu?
Dalam makalah studi tersebut juga mencatat empat kasus infeksi ulang lainnya, yang dikonfirmasi secara global. Masing-masing pasien berasal dari Belgia, Belanda, Hong Kong dan Ekuador. Dari temuan studi tersebut, peneliti menyimpulkan kemungkinan infeksi ulang Covid-19 dapat berdampak besar pada bagaimana upaya dunia mengatasi pandemi ini.
Peneliti mengingatkan kondisi ini dapat turut memengaruhi perburuan dan pengembangan vaksin corona yang saat ini tengah dilakukan para ilmuwan di seluruh dunia.
"Kemungkinan infeksi ulang dapat memberi implikasi signifikan bagi pemahaman tentang kekebalan Covid-19, terutama jika tidak ada vaksin yang efektif," kata Mark Pandori, dari Laboratorium Kesehatan Masyarakat Negara Bagian Nevada, penulis senior studi ini.
Baca Juga: Indonesia berpotensi jadi negara dengan kasus corona tertinggi di Asia Tenggara, lagi
Oleh sebab itu, Pandori menambahkan penelitian lebih lanjut dari studi ini sangat diperlukan untuk dapat memahami berapa lama kekebalan dapat bertahan bagi mereka yang telah terpapar virus SARS-CoV-2.
Selain itu, penelitian lebih lanjut diharapkan dapat menjawab pertanyaan mengapa beberapa dari infeksi ulang yang kedua ini bisa muncul lebih parah, meski kasus ini jarang terjadi.