Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Tiongkok telah menaikkan tarif terhadap AS hingga 125% dalam eskalasi besar perang dagang. Kebijakan ini secara efektif menghentikan impor dari ekonomi terbesar dunia tersebut.
Langkah balasan tersebut menyusul keputusan Donald Trump untuk menaikkan tarif atas barang-barang Tiongkok hingga 145% dalam pengumuman yang memicu aksi jual saham global lainnya.
Melansir The Telegraph, Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengisyaratkan keputusannya untuk secara efektif menggandakan biaya barang-barang AS di perbatasan. Tujuannya tak lain untuk memblokir kemungkinan penerimaan pasar atas barang-barang AS yang diekspor ke Tiongkok.
Seorang juru bicara mengatakan Beijing tidak akan menaikkan tarif lagi, bahkan jika AS membalas. Sementara pernyataan terpisah oleh kementerian perdagangan China menyebut pungutan tersebut sebagai "lelucon".
“Mengingat tidak ada lagi kemungkinan penerimaan pasar untuk barang-barang AS yang diekspor ke Tiongkok berdasarkan tingkat tarif saat ini, jika pihak AS kemudian terus mengenakan tarif pada barang-barang Tiongkok yang diekspor ke AS, pihak Tiongkok tidak akan memperhatikannya,” demikian pernyataan dari Kementerian Luar Negeri China.
Baca Juga: Kaos Bisa Jadi Telur Baru di Amerika: Tarik Ulur Tarif Trump Ancam Lonjakan Inflasi
AS membeli jauh lebih banyak barang dari Tiongkok daripada yang dibeli Beijing dari AS. Tiongkok adalah pasar ekspor terbesar ketiga Amerika setelah Kanada dan Meksiko, serta mitra impor terbesarnya.
Menurut data biro sensus AS, Amerika mengekspor barang senilai US$ 143,5 miliar ke Tiongkok pada tahun 2024. Bandingkan dengan impor AS dengan Tiongkok senilai US$ 439 miliar.
Hal ini menunjukkan pembeli Amerika mungkin menghadapi tantangan yang lebih besar dalam menemukan sumber alternatif untuk impor yang mencakup telepon pintar, laptop, baterai, barang-barang listrik, dan mainan yang merupakan bagian terbesar dari barang-barang yang dibeli dari Tiongkok.
Hal ini dapat meningkatkan defisit perdagangan AS dengan Beijing dalam jangka pendek.
Rory Green, di TS Lombard, mengatakan hambatan perdagangan antara kedua ekonomi kini begitu tinggi sehingga tarif sebesar "satu juta persen" pun tidak akan banyak berpengaruh.
Baca Juga: Uni Eropa Memutuskan untuk Tidak Membalas Tarif, Trump: Sangat Cerdas