Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Penaklukan cepat Taliban atas Kabul mengikuti keputusan Biden untuk menarik pasukan AS setelah 20 tahun perang yang ia gambarkan telah menelan biaya lebih dari US$ 1 triliun.
Jatuhnya kota-kota Afghanistan dalam kurun waktu yang sangat cepat, dalam hitungan hari dan bukan bulan seperti yang diprediksi oleh intelijen AS, dan ketakutan akan tindakan keras Taliban terhadap kebebasan berbicara dan hak asasi manusia, terutama hak-hak perempuan, telah memicu kritik.
Dalam pidato yang disiarkan televisi pada Senin sore, Biden membela keputusannya. Dia bersikeras harus memutuskan antara meminta pasukan AS untuk berperang tanpa henti dalam apa yang dia sebut perang saudara Afghanistan atau menindaklanjuti kesepakatan untuk pergi yang dinegosiasikan oleh mantan Presiden Partai Republik Donald Trump.
Baca Juga: Taliban rebut kota dekat Kabul, Presiden Afganistan lakukan pembicaraan darurat
"Saya berdiri tegak di belakang keputusan saya," kata Biden. "Setelah 20 tahun, saya telah belajar dengan cara yang sulit bahwa tidak pernah ada waktu yang tepat untuk menarik pasukan AS. Itu sebabnya kami masih di sana."
Dia menyalahkan pengambilalihan Taliban pada para pemimpin politik Afghanistan yang melarikan diri dari negara itu dan keengganan tentara Afghanistan untuk berperang.
Demokrat telah menghadapi rentetan kritik, bahkan dari diplomatnya sendiri, atas penanganannya terhadap keluarnya AS, penarikan pasukan dan kemudian mengirim kembali ribuan tentara untuk membantu evakuasi.
"Afghanistan hilang ... setiap teroris di seluruh dunia bersorak," kata Pemimpin Minoritas Senat Republik Mitch McConnell kepada wartawan di negara bagian asalnya, Kentucky.