kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45892,58   -2,96   -0.33%
  • EMAS1.324.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank besar di China hadapi potensi peningkatan NPL


Senin, 02 November 2020 / 16:39 WIB
Bank besar di China hadapi potensi peningkatan NPL
ILUSTRASI. Ilustrasi bank di China. cnsphoto via REUTERS. ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE WAS PROVIDED BY A THIRD PARTY. CHINA OUT.


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Bank-bank pelat merah di China sampai saat ini masih berhadapan dengan lonjakan kredit macet, yang telah terjadi sejak awal pandemi hingga pada masa pemulihan ekonomi. Hal itu praktis membuat sejumlah bank terpaksa mencatatkan penurunan laba bersih. 

Tercermin dari penurunan pendapatan bersih (net income) kurang dari 5% Industrial & Commercial Bank of China (ICBC) dan tiga rival terbesarnya dalam tiga bulan terakhir hingga 30 September 2020. Meski negatif, menurut artikel yang dimuat Bloomberg, Senin (2/11) penurunan itu masih lebih baik dibandingkan dengan rata-rata penurunan 25% pada kuartal sebelumnya. 

Meski begitu, empat bank terbesar di China tetap mencatatkan total kredit macet (non performing loan/NPL) naik ke rekor ¥ 979 miliar atau sekitar US$ 146 miliar. Di sisi lain, bank-bank tersebut telah membuat pencadangan hingga ¥ 175 miliar di kuartal III 2020 menurut laporan keuangan yang dirilis akhir pekan baru. 

Industri perankan China senilai US$ 45 triliun ini mengalami kemerosotan laba terburuk dalam lebih dari satu dekade di paruh pertama setelah ditempatkan dalam garis depan dalam upaya pemerintah untuk membantu jutaan bisnis yang terdampak perlambatan akibat pandemi Covid-19. 

Baca Juga: PBOC: Belanja dengan uang yuan digital China mencapai US$ 300 juta

Dengan penyebaran virus yang saat ini mulai berkurang dan ekonomi mulai pulih, pemerintah pun sudah memperbolehkan bank untuk mulai melakukan ekspansi untuk meningkatkan kekuatan keuangan bank setelah kredit macet membengkak dan permodalan terkikis. 

Sebagai upaya stimulus di kala pandemi, pemerintah China juga sudah memberikan kreditur untuk menunda pembayaran bunga dan pokok hingga Maret 2020. 

"Kredit macet mungkin masih bisa rebound, karena pembayaran untuk perusahaan kecil akan berakhir pada kuartal pertama," kata Liao Zhiming, Kepala Analis Perbankan di Tianfeng Securities Co. 

Meski begitu, Zhiming menjelaskan secara keseluruhan prospek laba perbankan akan segera membaik, dan posisi terburuk sudah dilalui khususnya untuk bank plat merah. 

Saham bank asal China terbukti menguat di bursa Hong Kong, Senin (2/11) pada saat pembukaan. Saham ICBC naik 2,5%, sementara Agriculturan Bank of China Ltd naik 3,4%. 

Regulator sebenarnya telah meminta bank untuk merelakan sebagian laba yang nilainya mencapai ¥ 1,5 triliun dengan menyediakan dana murah, menunda pembayaran dan meningkatkan penjaminan terutama ke pelaku UMKM. Meski begitu, laju kredit tetap terus bergulir. 

Bank terbesar di China yaitu ICBC tercatat sudah memberikan kredit baru senilai ¥ 16,3 triliun. Tetapi masih kehilangan pendapatan 1,1 triliun yuan dalam sembilan bulan pertama tahun ini menurut laporan keuangan. 

Rasio NPL diperkirakan akan stabil dalam dua kuartal berikutnya, mengingat tren NPL perlahan sudah membaik dan penghapusan buku yang signifikan. 
Namun, Shujin Chen, Kepala Peneliti Keuangan China dari Jefferies mengatakan tetap ada potensi peningkatan NPL pada kuartal II 2021 ketika periode stimulus kebijakan kredit berakhir. 

Ekonomi China telah mulai bergerak ke level 4,9% pada kuartal III 2020. Walau cenderung positif, pertumbuhannya tidak merata karena belanja konsumen tetap jauh lebih lemah dari tahun lalu dan banyak pelaku usaha UMKM yang lebih berhati-hati karena kurangnya permintaan. 

Sebagai pengekspor terbesar di dunia, China juga terpapar pada prospek yang memburuk di seluruh dunia di tengah adanya potensi gelombang kedua virus Covid-19. The China Banking and Insurance Regulatory Commission pun memperkirakan secara rata-rata industri perbankan akan mengalami penurunan pendapatan sekitar 10% di paruh kedua. 
Kabar baiknya, proyeksi itu jauh lebih rendah dibandingkan penurunan sebesar 20% yang dilaporkan oleh industri pada kuartal II lalu. 

Namun tetap saja, penurunan itu masih menjadi yang terlemah sejak krisis keuangan global. Empat bank terbesar di China juga diprediksi akan mencatatkan penurunan laba sekitar 8% di akhir tahun 2020, menurut perkiraan konsensus Bloomberg. 

Baca Juga: China diramal bakal untung besar jika Trump menang pemilu, kok bisa?

"Pendapatan industri berada pada titik balik, dengan bantuan peningkatan margin dan permintaan kredit," kata Analis Guotai Junai Securities Co yang dipimpin oleh Guo Changhao. 

Dia menambahkan, fokus utama perbankan di China ke depan adalah pada pemulihan pendapatan untuk meredam besarnya eksposur NPL di masa mendatang. 

Gayung bersambut, saham perbankan pun tercatat telah rebound hampir 10% bulan lalu karena adanya prospek pendapatan yang lebih baik dari perkiraan dengan China International Capital Corp yang memperkirakan saham bank yang diperdagangkan di Shanghai dan Hong Kong memiliki kenaikan lebih dari 60%. 

Valuasi bank juga masih tetap murah setelah reli, dengan empat bank terbesar diperdagangkan sekitar 0,44 kali nilai buku. 

"Kami mengharapkan perbaikan neraca lebih cepat dan lebih menyeluruh kali ini," kata Zhang Shuaishuai, analis CICC. Apalagi saat ini bank-bank telah secara masif melakukan upaya pembersihan aset-aset berisiko. 

Selanjutnya: Data Jepang dan China positif, pelemahan harga minyak tinggal 3% di siang ini (2/11)




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×