Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON D.C. Bank Dunia pada Rabu (7/10) menyampaikan, dunia akan dihadapkan pada kondisi kemiskinan ekstrem akibat wabah virus corona baru.
Sebanyak 150 juta orang akan jatuh ke dalam kemiskinan ekstrem pada akhir tahun 2021, menggagalkan upaya pengentasan kemiskinan yang telah berlangsung selama beberapa tahun.
Melansir Reuters, Bank Dunia mengatakan, 88 juta hingga 115 juta orang lainnya akan jatuh ke dalam kemiskinan ekstrem di akhir tahun 2020. Kondisi ini merujuk pada masyarakat dengan pendapatan kurang dari US$ 1,9 per hari.
Jumlahnya bisa tumbuh menjadi 111 juta hingga 150 juta pada akhir 2021 mendatang.
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka akan ada 9,1%-9,4% populasi dunia akan hidup dalam kemiskinan ekstrem tahun ini. Itu merupakan kenaikan angka kemiskinan ekstrem untuk pertama kalinya dalam 20 tahun.
Baca Juga: Pandemi virus corona paksa warga Filipina kembali ke sistem perdagangan barter
Tahun lalu, tingkat kemiskinan ekstrem diperkirakan sekitar 8,4%. Sebelum virus corona menyerang, Bank Dunia memproyeksikan, angkanya akan turun menjadi 7,5% pada tahun depan.
"Pandemi dan resesi global dapat menyebabkan lebi dari 1,4% populasi dunia jatuh ke dalam kemiskinan ekstrem. Ini merupakan kemunduran yang serius bagi upaya kemajuan pembangunan dan pengurangan kemiskinan," ungkap Presiden Bank Dunia David Malpass seperti dikutip Reuters.
Kemiskinan tersebar di banyak negara
Laporan terbaru dari Bank Dunia menemukan, banyak orang yang sangat miskin berada di negara-negara yang sudah memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi. Tetapi, sekitar 82% di antaranya berada di negara-negara berpenghasilan menengah
Garis kemiskinan didefinisikan sebagai pendapatan US$ 3,2 per kapita per hari untuk negara berpenghasilan menengah ke bawah, dan US$ 5,5 untuk negara berpenghasilan menengah ke atas.
Baca Juga: Bank Dunia siapkan US$ 12 miliar untuk sediakan vaksin virus corona ke negara miskin
Bank Dunia juga mencatat, semakin banyak penduduk perkotaan yang akan masuk ke dalam jurang kemiskinan ekstrem karena mulai kehilangan pekerjaan akibat pandemi virus corona.
Negara-negara Afrika yang berada di kawasan Sahara memiliki tingkat tertinggi untuk masyarakat dengan penghasilan kurang dari US$ 1,9 per kapita per hari. Pada akhir 2021, wilayah tersebut akan mengalami peningkatan lebih dari 50 juta orang.
Sekitar 42% dari populasi kawasan itu dapat hidup di bawah kemiskinan ekstrem pada tahun 2021 dibandingkan dengan perkiraan sebelum virus corona menyebar sebesar 37,8%.
Bank Dunia mengatakan, krisis akibat virus corona dapat mengurangi pendapatan dari 40% golongan orang-orang termiskin. Hal ini menyebabkan ketimpangan pendapatan dan mengurangi mobilitas sosial.
Baca Juga: Angka kematian akibat virus corona yang kecil di Afrika buat peneliti kebingungan
"Untuk kembali ke jalur pengentasan kemiskinan yang telah direncanakan, negara-negara akan membutuhkan tindakan kolektif untuk mengendalikan virus. Semua harus memberikan dukungan bagi rumah tangga dan segera membangun ekonomi yang lebih tangguh setelah pandemi usai," sebut Malpass.
Malpass menambahkan, semua negara harus siap untuk masuk ke model ekonomi yang berbeda, dengan membiarkan pemilik modal, tenaga kerja, segala keterampilan, dan inovasi untuk pindah ke sektor bisnis baru.