Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - KUSHIRO. Deputi Gubernur Bank of Japan (BOJ) Ryozo Himino menyatakan bank sentral perlu terus menaikkan suku bunga. Namun, ia menekankan bahwa ketidakpastian ekonomi global masih tinggi, sehingga langkah tersebut tidak akan dilakukan secara tergesa-gesa.
Dalam pidato di hadapan kalangan pengusaha di Kushiro, Hokkaido, Selasa (2/9/2025), Himino menilai perjanjian dagang Jepang dengan Amerika Serikat memang membantu meredakan ketidakpastian, tetapi dampak tarif impor AS terhadap ekonomi Jepang belum sepenuhnya jelas.
“Risiko dampak yang lebih besar dari perkiraan patut mendapat perhatian serius. Secara keseluruhan, ekonomi global masih menghadapi tingkat ketidakpastian yang tinggi,” ujarnya.
Baca Juga: BOJ Diperkirakan Tahan Suku Bunga, Namun Beri Sinyal Kenaikan di Akhir Tahun
Ia menambahkan, prospek inflasi Jepang menghadapi risiko ganda. Di satu sisi, pasar tenaga kerja yang ketat berpotensi mendorong kenaikan upah. Namun, perlambatan ekonomi global dan beban tarif AS terhadap Jepang bisa menekan harga.
“Setelah sempat tertahan oleh perlambatan akibat tarif, inflasi inti Jepang diperkirakan akan stabil di kisaran yang sesuai dengan target 2%,” kata Himino. “Jika skenario dasar ini terwujud, maka tepat bagi BOJ untuk terus menaikkan suku bunga sejalan dengan perbaikan ekonomi dan harga.”
Meski demikian, Himino tidak memberi sinyal kapan kenaikan berikutnya akan dilakukan. Ia hanya menegaskan perlunya menilai secara cermat apakah proyeksi BOJ akan terwujud tanpa prasangka.
“Kami harus terus menimbang risiko, baik ke atas maupun ke bawah, serta merespons secara tepat agar dampak deviasi dari skenario dasar tetap terkendali,” ucapnya.
Baca Juga: Bank of Japan Peringatkan Ketidakpastian Ekonomi Jepang akibat Tarif AS
Pernyataan Himino sempat melemahkan yen dan mendorong indeks Nikkei naik singkat, karena pasar menilai sikapnya tidak se-hawkish yang diperkirakan.
BOJ tahun lalu keluar dari program stimulus besar yang berlangsung lebih dari satu dekade, dan pada Januari 2025 menaikkan suku bunga jangka pendek ke level 0,5%, dengan asumsi Jepang hampir mencapai target inflasi 2% secara berkelanjutan.
Meski inflasi konsumen sudah berada di atas target selama lebih dari tiga tahun, Gubernur BOJ Kazuo Ueda menegaskan akan berhati-hati dalam menaikkan suku bunga, mengingat dampak tarif AS terhadap ekonomi Jepang belum pasti.
Namun, inflasi pangan yang masih tinggi serta potensi kenaikan upah berkelanjutan membuat sejumlah anggota dewan BOJ mengingatkan risiko putaran kedua kenaikan harga yang bisa memicu pengetatan lebih lanjut.
Hasil survei Reuters pada Agustus menunjukkan hampir dua pertiga ekonom memperkirakan BOJ akan kembali menaikkan suku bunga tahun ini.
Baca Juga: Bank Sentral Negara Maju Memilih Mempertahankan Suku Bunga
Himino, yang sebelumnya memimpin badan pengawas perbankan Jepang, dikenal kritis terhadap kebijakan moneter ultra-longgar BOJ dan dipandang sebagai salah satu anggota dewan yang lebih agresif dalam mendorong kenaikan suku bunga.
Ia juga menekankan perlunya mengurangi keterlibatan BOJ di pasar obligasi pemerintah Jepang (JGB). Menurutnya, mempertahankan likuiditas berlebihan justru berisiko.
“Lebih bijak jika secara bertahap mengurangi ukuran neraca BOJ, termasuk melepas aset berisiko seperti exchange-traded funds (ETF) dan real estate investment trusts (REIT),” katanya.
Baca Juga: Ekonomi Kontraksi, BOJ Bakal Menunda Kenaikan Suku Bunga
“Kami akan memikirkan cara mengelola kepemilikan ETF dan J-REIT, dengan belajar dari pengalaman BOJ saat melepas saham yang pernah dibeli dari lembaga keuangan,” tambah Himino.