Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
Meski inflasi konsumen sudah berada di atas target selama lebih dari tiga tahun, Gubernur BOJ Kazuo Ueda menegaskan akan berhati-hati dalam menaikkan suku bunga, mengingat dampak tarif AS terhadap ekonomi Jepang belum pasti.
Namun, inflasi pangan yang masih tinggi serta potensi kenaikan upah berkelanjutan membuat sejumlah anggota dewan BOJ mengingatkan risiko putaran kedua kenaikan harga yang bisa memicu pengetatan lebih lanjut.
Hasil survei Reuters pada Agustus menunjukkan hampir dua pertiga ekonom memperkirakan BOJ akan kembali menaikkan suku bunga tahun ini.
Baca Juga: Bank Sentral Negara Maju Memilih Mempertahankan Suku Bunga
Himino, yang sebelumnya memimpin badan pengawas perbankan Jepang, dikenal kritis terhadap kebijakan moneter ultra-longgar BOJ dan dipandang sebagai salah satu anggota dewan yang lebih agresif dalam mendorong kenaikan suku bunga.
Ia juga menekankan perlunya mengurangi keterlibatan BOJ di pasar obligasi pemerintah Jepang (JGB). Menurutnya, mempertahankan likuiditas berlebihan justru berisiko.
“Lebih bijak jika secara bertahap mengurangi ukuran neraca BOJ, termasuk melepas aset berisiko seperti exchange-traded funds (ETF) dan real estate investment trusts (REIT),” katanya.
Baca Juga: Ekonomi Kontraksi, BOJ Bakal Menunda Kenaikan Suku Bunga
“Kami akan memikirkan cara mengelola kepemilikan ETF dan J-REIT, dengan belajar dari pengalaman BOJ saat melepas saham yang pernah dibeli dari lembaga keuangan,” tambah Himino.