Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Ikuti langkah Amerika Serikat, pengetatan kebijakan moneter dan kenaikan bunga acuan bakal menjalar ke seluruh penjuru dunia. Uni Eropa misalnya ingin mengakhiri skema pembelian obligasi secepat mungkin dan menaikkan suku bunga pada Juli 2022, mengutip Reuters pada Senin (25/4).
Bank Sentral Uni Eropa (ECB) telah menghapus stimulus pada kecepatan paling lambat tahun ini. Namun langkah ini terbentur oleh lonjakan inflasi.
Kendala besar sejauh ini berada pada perkiraan jangka panjang masih menunjukkan inflasi turun kembali di bawah target 2% ECB. Namun, perkiraan baru yang dirumuskan pada 14 April lalu, ECBl memperkirakan inflasi 2024 melebihi target, bank sentral.
Baca Juga: Inggris dan India Targetkan Kesepakatan Perdagangan Bebas Bilateral Tuntas di Oktober
"Itu hanya lebih dari 2% sehingga dalam interpretasi saya semua kriteria untuk menaikkan suku bunga sekarang telah terpenuhi," kata salah satu sumber, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.
Anggota Dewan Pengatur telah lama mengkritik ECB karena meremehkan inflasi, yang mencapai 7,5% bulan lalu, dan mereka menganggap proyeksi baru sebagai langkah untuk mengakui kenyataan yang sesungguhnya. "Ketika kepala ekonom, Philip Lane mempresentasikan angkanya, orang-orang justru bertepuk tangan," kata sumber lain.
Seorang juru bicara ECB menolak berkomentar. Kendati demikian, belum ada proposal kebijakan yang diajukan pada pertemuan ECB berikutnya yang akan berlangsung pada 9 Juni mendatang.
Presiden ECB Christine Lagarde pada hari Jumat mengatakan pembelian obligasi akan berakhir pada awal kuartal ketiga dan kemungkinan kenaikan suku bunga tahun ini.
Hampir semua sumber mengatakan bahwa mereka melihat setidaknya dua kenaikan suku bunga tahun ini. Ini sangat tergantung pada bagaimana pasar mencerna pergerakannya suku bunga tersebut.
Pasar memperkirakan kenaikan sekitar 85 basis poin untuk tahun ini, jadi lebih dari tiga pergerakan 25 basis poin. Ini akan mengembalikan suku bunga deposito minus 0,5% ke wilayah positif untuk pertama kalinya sejak 2014.
Para pembuat kebijakan menyebut normalisasi bauran moneter harus berarti kembali ke tingkat suku bunga netral. Mereka ingin aturan yang diambil tidak merangsang atau menahan pertumbuhan.