Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - GENEVA. Amerika Serikat dan Tiongkok akhirnya mencapai kesepakatan penting untuk memangkas tarif timbal balik secara drastis, sebagai bagian dari upaya mengakhiri perang dagang yang telah mengguncang pasar keuangan global dan memicu kekhawatiran akan resesi dunia.
Dalam pertemuan di Jenewa, Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengumumkan bahwa kedua negara menyepakati penghentian sementara eskalasi tarif selama 90 hari. Dalam periode ini, tarif yang sebelumnya melonjak hingga ratusan persen akan dikurangi ke level dasar 10%, sebagai bagian dari kesepakatan sementara.
“Kedua negara telah mewakili kepentingan nasionalnya dengan sangat baik. Kami memiliki kepentingan bersama dalam perdagangan yang seimbang,” ujar Bessent.
Dampak Positif Langsung: Pasar Finansial Merespons Secara Optimistis
Pengumuman tersebut disambut positif oleh pasar keuangan. Dolar AS menguat terhadap sejumlah mata uang utama, sementara kontrak berjangka saham di Wall Street melonjak. Sentimen investor membaik setelah selama berbulan-bulan diliputi ketidakpastian akibat kebijakan tarif agresif dari pemerintahan Presiden Donald Trump.
Baca Juga: AS dan China Sepakat Turunkan Tarif Impor 90 Hari ke Depan, Begini Respons Pasar
Langkah terbaru ini menandai titik balik dalam hubungan ekonomi AS-Tiongkok yang telah memburuk sejak Trump kembali menjabat pada awal tahun dan meluncurkan gelombang tarif tinggi terhadap berbagai produk Tiongkok. Sebelumnya, tarif impor dari Tiongkok telah dinaikkan hingga mencapai 145%, memperburuk tekanan terhadap rantai pasokan global.
Kronologi Ketegangan: Dari Tarif Ekstrem hingga Pembatasan Ekspor Rare Earth
Sebagai balasan, Tiongkok memberlakukan larangan ekspor atas beberapa logam tanah jarang (rare earth) yang sangat penting bagi industri pertahanan dan elektronik konsumen AS. Tiongkok juga menaikkan tarif atas barang-barang AS hingga 125%, memperparah ketegangan dagang yang nyaris menghentikan perdagangan bilateral senilai hampir $600 miliar.
Kondisi ini sempat mendorong kekhawatiran akan stagflasi, memicu PHK terbatas, dan memperlambat aktivitas manufaktur di kedua negara. Namun, kesepakatan terbaru menjadi angin segar yang bisa mencegah kerusakan ekonomi lebih lanjut.
Tidak Ada Decoupling: Kedua Negara Sepakat Lanjutkan Perdagangan
Bessent menekankan bahwa baik Washington maupun Beijing tidak menginginkan pemisahan total (decoupling) antara ekonomi kedua negara.
“Apa yang terjadi dengan tarif sangat tinggi ini... setara dengan embargo, dan tidak ada pihak yang menginginkannya,” tegas Bessent.
“Kami ingin perdagangan tetap berjalan,” tambahnya.
Pernyataan ini diperkuat oleh Jamieson Greer, Perwakilan Dagang AS, yang juga hadir dalam pembicaraan tingkat tinggi tersebut. Ia menambahkan bahwa perbincangan mengenai pengendalian fentanyl — salah satu alasan Trump mengeluarkan kebijakan tarif ekstrem — juga berlangsung “konstruktif,” meski berada di jalur diplomatik terpisah.
Baca Juga: AS dan China Capai Kemajuan dalam Pembicaraan Dagang di Swiss
Forum Ekonomi Baru dan Komitmen Jangka Panjang
Sebagai bagian dari kesepakatan, kedua negara juga akan meluncurkan forum dialog ekonomi baru guna memperkuat komunikasi dan koordinasi kebijakan. Wakil Perdana Menteri Tiongkok, He Lifeng, menyambut baik perkembangan ini dan menyebutnya sebagai "kemajuan substansial," meskipun pernyataannya lebih berhati-hati dibandingkan mitra AS.
Pertemuan ini sendiri berlangsung di villa pribadi Duta Besar Swiss untuk PBB, yang terletak di tepi Danau Jenewa — menambah bobot simbolis bagi pertemuan yang bersejarah ini.
Proyeksi Ekonomi: Kesepakatan Tarif Bisa Dorong Pemulihan Global
Menurut Zhiwei Zhang, Kepala Ekonom di Pinpoint Asset Management, pemangkasan tarif ke 10% jauh lebih baik dari ekspektasi sebelumnya.
“Saya memperkirakan tarif hanya akan dipangkas ke level 50%. Ini kabar positif untuk perekonomian kedua negara dan dunia secara keseluruhan,” jelasnya.
Langkah ini juga dipandang sebagai sinyal bahwa Washington dan Beijing siap membuka kembali jalur perdagangan yang saling menguntungkan, setelah bertahun-tahun mengalami friksi yang berujung pada ketidakstabilan pasar global.