Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tendi Mahadi
Mereka akan menghubungi anggota keluarga dan teman orang yang mereka tiru, dan meminta untuk meminjam uang. Karena suaranya terdengar sangat mirip, mereka sering mendapatkan kepercayaan orang dan membuat mereka mengirimkan uang. Contohnya saja, suara seorang pria muda ditiru dengan sangat baik sehingga para peretas mampu meyakinkan ibu si pria bahwa putranya diculik. Dalam kondisi panik, si ibu memindahkan uang tebusan yang diminta.
Modus ketiga, penipuan transaksi belanja secara daring. Kegiatan belanja ini tampaknya mudah dan nyaman tapi bukan tanpa bahaya. Justru belanja secara daring jauh lebih rentan tertipu karena begitu banyak pemesanan produk, sehingga cenderung percaya bahwa suatu paket adalah milik mereka bahkan jika belum pernah benar-benar memesannya.
Penipuan tersebut paling umum melalui cash on delivery. Kurir meminta korbannya untuk membayar setelah pengiriman tiba. Begitu barang sudah dibayarkan, korban menemukan paket tersebut sebenarnya kosong ketika kemasannya dibuka.
Dalam beberapa kasus, pelaku meminta pelanggan untuk menambahkan akun WeChat atau data pribadi untuk mendapatkan kompensasi kerugian jika barang cacat dan hilang. Pada langkah terakhir, mereka akan meminta mereka untuk memindai kode-QR, atau mengklik tautan, serta meminta transfer sedikit biaya layanan.
Baca Juga: Korea Selatan mengonfirmasi kasus pertama virus corona dari pengunjung Tiongkok
Setelah mereka mentransfer biayanya, sebuah virus akan dipasang di ponsel mereka, memungkinkan para peretas mengakses dompet WeChat mereka. Perusahaan pengiriman menyarankan pelanggan mereka untuk tidak menerima paket apa pun jika mereka tidak yakin telah benar-benar memesannya.
Modus keempat, transfer amplop Imlek. Kini tradisi pemberian amplop Imlek dapat ditransfer secara online. Melalui WeChat, orang-orang dapat mengirim uang di amplop tersebut kepada teman dekat dan saudara. Perusahaan sering menggunakan fitur ini sebagai alat pemasaran.
Namun, fitur ini sering dimanfaatkan penjahat di dunia maya. Para pelaku membuat grup pengiriman amplop Imlek, dan meminta orang lain bergabung serta menambah lebih banyak kontak jika ingin menerima uang ampau tersebut. Dalam beberapa menit, obrolan grup telah bertambah menjadi ratusan orang.
Dengan bertambahnya anggota, pemilik grup akan mendorong orang untuk menambahkan lebih banyak orang ke grup dengan terus mengirim amplop Imlek. Sementara itu, pemilik grup akan mengirimkan pesan yang mengatakan bahwa mereka yang sudah membuka amplop terdaftar. Jika mereka tidak menambahkan sepuluh orang ke grup dalam waktu 30 menit, mereka akan dikeluarkan. Adapun mereka yang menambahkan 20 orang ke grup dalam waktu setengah jam, mereka akan mendapatkan uang lebih banyak lagi.
Baca Juga: Rencana Putin memperpanjang kekuasaan ditentang dengan demonstrasi