kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Beijing dan Canberra kembali terlibat perang kata-kata, ada apa?


Rabu, 18 November 2020 / 14:46 WIB
Beijing dan Canberra kembali terlibat perang kata-kata, ada apa?
ILUSTRASI. Perdana Menteri Australia Scott Morrison. REUTERS/Issei Kato


Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Hubungan China dan Australia kembali memanas. Hal ini terjadi seiring dengan perang kata-kata antara pejabat dari kedua negara tersebut.

Menteri Perdagangan Australia menyebut negaranya Australia telah menjangkau setiap tingkat yang memungkinkan untuk bisa menjalin komunikasi dengan China.

Meski begitu, ia memastikan bahwa Canberra tak akan meredupkan aksi kritiknya terhadap kebijakan Beijing terkait hak asasi manusia internasional. "Terserah mereka. Apakah mereka bersedia untuk untuk melakukan pembicaraan dengan kami," katanya.

Baca Juga: Mantan pejabat: China dan AS akan perang habis-habisan

“Saya dan menteri pemerintahan Australia lainnya bersedia menerima panggilan telepon, terlibat dengan mitra kami, mengadakan pertemuan dengan mitra kami. Kami telah menyatakannya dengan sangat jelas bahwa kami bersedia melakukan dialog itu. Bola ada di pengadilan Beijing dalam arti terserah mereka, apakah mereka bersedia datang ke meja untuk melakukan pembicaraan itu juga,” katanya.

Ucapan Birmingham ini menanggapi komentar keras dari juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian yang membongkar daftar masalah politik yang dia klaim berada di balik memburuknya hubungan antara kedua negara di tahun ini.

Diantaranya adalah kritik Australia terhadap catatan hak asasi manusia China di Hong Kong dan Xinjiang, lobi agar Taiwan diterima di Organisasi Kesehatan Dunia dan seruan untuk tinjauan internasional independen tentang asal-usul virus corona.

Zhao juga menyebutkan larangan Australia terhadap perusahaan China dari jaringan 5G serta tuduhan intervensi dan infiltrasi China atas urusan dalam negerinya.

Baca Juga: Pesawat bomber AS terdeteksi masuk wilayah China di tengah latihan militer PLA

Tetapi Birmingham menegaskan bahwa Australia tidak akan mengalah pada banyak masalah ini. “Hal yang ingin saya sampaikan adalah, posisi Australia tidak berubah di area tersebut," katanya.

"Selama beberapa dekade, Australia memiliki posisi yang konsisten dalam hal kewajiban hak asasi manusia internasional yang terkadang menjadi titik ketegangan dalam hubungan Australia-China, seperti halnya dengan hubungan dengan negara lain,” tegasnya.

Selanjutnya: Situasi genting di Prancis, kasus corona melampaui angka 2 juta



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×